Lihat ke Halaman Asli

Tjan Sie Tek

Pengusaha, Konsultan, Penerjemah Tersumpah

Belajar Bisnis Properti dari BUMD Gajah China: Greenland Group, Shanghai

Diperbarui: 8 Desember 2018   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepak-terjang BUMN China yang raksasa, misalnya China Mobile, PetroChina, perbankan (ICBC, CCB, BoC, ABC dll), sudah diketahui dan dipelajari oleh banyak orang di dunia.  Mereka di bawah kendali pemerintah pusat China melalui SASAC Pusat.

Bisnis Properti saat ini di China

1. Per akhir Oktober 2018 sekitar 90% rumah tangga di perkotaan sudah punya rumah. Transaksi properti hunian biasanya berjalan cepat dan sederhana  karena mayoritas orang China membeli properti hunian dengan cash, hasil dari menabung bertahun-tahun.

1.1 Salah satu hasil lainnya adalah sampai akhir Juni 2017, 66% dari nilai properti milik rumah tangga di China adalah bersih dari utang (A Real Estate Boom with Chinese Characteristics, Journal of Economic Perspectives—Volume 31, Number 1—Winter 2017—Pages 93–116, oleh Edward Glaeser, Wei Huang, Yueran Ma dan Andrei Schleifer, semuanya dari Universitas Harvard).

1.2 Pada 30 Maret  2016, majalah Forbes melaporkan secara ringkas sebagai berikut: 

(i) 80% dari semua rumah/apartemen di China dibeli dengan cash keras. Dua puluh persen (20%) rumah tangga perkotaan memiliki lebih dari satu buah rumah. 

(ii) 15% dari semua apartemen yang akan atau sedang dibangun dibeli dengan tunai keras secara di muka.

(iii) Hanya 17% rumah tangga perkotaan di China berutang kepada bank dll untuk membeli rumah/apartemen mereka. Di AS, hampir 50% rumah tangga di perkotaan berutang kepada bank dll untuk membeli rumah.

(iv) Angka non-performing loan (NPL) perumahan di China hanya sekitar 0,2% dari total kredit kepemilikan rumah (KPR).

(v) Di China, rasio nilai KPR yang sedang berjalan terhadap GDP adalah baru sekitar 15%  pada 2012. Di AS,  angka itu sekitar 80% pada 2012.

1.4 Perbandingan antara rasio KPR terhadap GDP China, AS dan Indonesia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline