Lihat ke Halaman Asli

ARSaleh

Pensiunan ASN

Bayang-bayang di Masa Tua

Diperbarui: 12 Oktober 2025   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibuat dengan bantuan Chat GPT

Abdul Rahman Saleh

Semua kisah yang aku saksikan---tentang buyut yang dipisahkan kamar, nenek yang ditinggalkan meski berharta, mertua yang diperdebatkan biayanya, hingga paman yang meninggalkan rumah kecil yang akhirnya ketika paman meninggal, istrinya malah terusir dari tempatnya sendiri---membuat pikiranku penuh kegelisahan.

Aku mulai bertanya pada diriku sendiri: apakah masa tua selalu berakhir getir?
Apakah semua orang akhirnya ditinggalkan, meski dulu mereka mencurahkan segalanya untuk anak-anaknya?

Kadang aku berpikir, orang tua sering salah mengira: mereka menyangka kasih sayang anak-anak akan sama panjangnya dengan umur pengorbanan. Padahal, kenyataan di lapangan tak selalu begitu. Anak-anak tumbuh dengan dunia mereka sendiri, dengan hitung-hitungannya, dengan alasan yang tampak masuk akal tapi sering kali melukai hati orang tuanya.

Aku melihat sendiri, rumah bisa berubah menjadi asing, harta bisa berbalik menjadi alasan keterasingan, bahkan kasih sayang bisa memudar di hadapan biaya rumah sakit atau selembar akta waris.

Maka aku mulai takut. Takut suatu hari nanti aku atau istriku akan mengalami hal serupa: terasing di rumah sendiri, bergantung pada belas kasih yang tak menentu, atau sekadar menjadi nama yang disebut dalam percakapan anak-anak tentang "siapa yang harus membiayai."

Namun di tengah rasa takut itu, aku juga belajar sesuatu: masa tua tak boleh hanya digantungkan pada harapan terhadap anak. Ada saatnya kita harus menyiapkan hati, menyiapkan cara berdamai dengan kesepian, dan menerima bahwa kasih anak-anak bisa berbeda bentuknya dari yang kita bayangkan.

Kisah-kisah getir itu menjadi bayang-bayang, mengingatkanku bahwa masa tua bukan hanya soal menunggu, tetapi juga soal menyiapkan diri: untuk rela, untuk ikhlas, dan untuk kuat berjalan meski akhirnya sendirian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline