Lihat ke Halaman Asli

Timotius Apriyanto

OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Perang Rusia dan Ancaman Krisis BBM di Indonesia

Diperbarui: 7 April 2022   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : SPBU PERTAMINA (sumber : kompas.com)

Pertanyaan untuk diri saya sendiri adalah, "mungkinkah harga pertalite naik sampai batas angka psikologis konsumen masyarakat kelas menengah ke bawah?" 

Lalu, berapakah batas angka Psikologis masyarakat untuk harga pertalite?

Pertanyaan itu adalah pertanyaan untuk diri saya sendiri, dan sah saja jika saya jawab sendiri. Batas angka harga psikologis pertalite menurut jawab saya sendiri adalah di harga Rp 9.000 / liter. 

Harga itu adalah harga Pertamax dulu sebelum kenaikan harga yang hanya sebagian kecil konsumen mampu menjangkau untuk kebutuhan transportasi harian mereka. 

Jika harga Pertalite sudah menyentuh Rp 9.000 / liter, maka sangat dikawatirkan akan mudah sekali memancing situasi chaos. 

Gejolak masyarakat akan terjadi sebagai reaksi tekanan ekonomi akibat inflasi yang tinggi.

Badan Pusat Staistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,66% mtm atau 2,64% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada bulan Maret 2022.

Gejolak harga menjadi komponen penyumbang inflasi tertinggi yang mencapai 1,99% dan berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,33%.

Komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada komponen harga bergejolak tersebut yaitu, cabai merah, minyak goreng, dan telur ayam ras.

Pertanyaan "mungkinkah harga pertalite menembus ambang batas psikologis konsumen masyarakat menengah ke bawah?", saya uraikan dalam uraian tulisan opini ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline