Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Dari Ngabuburit ke "Ngabuburead"

Diperbarui: 5 Juni 2018   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Arsip

Beberapa sumber menyebutkan bahwa istilah kata "ngabuburit" berasal dari bahasa Sunda. Kata "burit" memberi maksud waktu sore, senja, atau menjelang Magrib. Maka bermasyarakatlah terminologi "ngabuburit" yang merujuk kepada kegiatan menunggu berbuka puasa di sore hari.

Menunggu waktu berbuka puasa oleh sebagaian kaum muslimin yang berpuasa diisi berbagai kegiatan, ada yang sibuk di kantor, olahraga, berbisnis pakaian, membuka gerai makan, memasak, silaturrahmi, tadarrus al-Qur'an, menulis, memancing, dan sebagainya. Apa pun itu, sering disebut "ngabuburit" yang walau pun istilah tersebut sama sekali tidak muncul di bulan lain padahal juga kita melakukan kegitan serupa.

Oleh karena itu, terminologi "ngabuburit" cenderung dikhususkan untuk kegiatan menjelang berbuka atau menunggu berbuka puasa pada bulan Ramadan. Di balik istilah ini, tersimpan makna bersama-sama melakukan aktivitas untuk berbuka puasa Ramadan.

***

Mahasiswa Universitas Terbuka Pokjar Kuala Lumpur (UTKL) mensikapi waktu menjelang berbuka puasa dengan kegiatan ilmiah yakni literasi yang disebut "ngabubu-"read." Dua hari yang lalu, mereka dari kelompok kepenulisan UTKL "Aurora," berkumpul di surau Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dengan membawa buku kegemaran masing-masing. Selama 60 menit mereka berdiskusi dan menceritakan kembali hasil bacaan yang dapat dijadikan pelajaran dan motivasi.

Ngabubu-"read" Sebuah kegiatan ilmiah yang sangat menginspirasi sekaligus menghapus stigma bahwa orang muslim hanya sibuk mengurus makanan ketika waktu sore tiba. Mahasiswa UTKL memasukkan elemen-elemen ilmiah dan sosial saat ngabuburit, ketika "mungkin" semua orang sibuk memikirkan menu untuk berbuka puasa. 

Pun demikian, mereka tidak mengurangi esensi ngabuburit secara umum, bahkan lebih dari yang masyarakat bayangkan, karena setelah masing-masing menceritakan isi buku, mereka beriringan membawa kardus berisi makanan yang telah disediakan untuk dibagikan kepada siapa saja yang mereka temui di sepanjang jalan daerah Chowkit, Kuala Lumpur. 

Sebagai Koordinator UT di Malaysia, saya merasa senang mendampingi kegiatan para mahasiswa UTKL yang notabene para pekerja migran Indonesia. Sebuah kegiatan ibadah bernuansa ilmiah, sosial, dan persaudaraan.(*)  

Kuala Lumpur 3 Juni 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline