Pagi itu, tetesan air dari kabut di Lembang masih menggantung dedaunan. Perjalanan angkutan mobil yang kami naiki melewati rute dengan barisan kebun dan pepohonan yang tegak berdiri di antara jajaran kebun yang menjadi ciri khas area pertanian di Kampung Pojok Girang, Lembang.
Master Lemon dan Rumah Penuh Asa Milik Ibu Lina
Jalanan kampung yang licin oleh embun belum sempat mengering saat Ibu Lina membuka pintu rumah untuk memulai Kembali produksi lemon kemasannya. Udara dingin di Lembang terasa menampar wajah kami. Ibu Lina membukakan pintu bagi kami, para penulis Kompasiana yang memang menjadwalkan kunjungan untuk liputan singkat tentang bisnis yang Ibu Lina tekuni.
Diantara kerja keras yang saat ini ia jalani, ada sesuatu yang membuatnya bersemangat setiap hari. Tentu, bukan karena secangkir teh hangat di pagi hari, tapi karena mimpi bahwa usaha yang saat ini ia jalani akan bertumbuh besar seiring harapannya.
Tumpukan lemon kuning dari kebun suaminya sudah menunggu di halaman rumah produksinya. Kotak rak besar berjejer di depan rumah produksi minuman lemonnya. Di dapur, tiga orang karyawannya terlihat membantu beres-beres dan menyiapkan konsumsi bagi kami, tamu dari Ibu Lina. Terlihat, ada yang mengasah pisau, menyiapkan botol, dan mempersiapkan air untuk mencuci lemon. Semuanya memberi bantuan tenaga bagi Ibu Lina untuk memulai produksi lemon olahannya jadi minuman siap konsumsi.
"Pagi, Bu," sapa salah satu dari mereka. "Hari ini target dua ribu botol, ya?"
Lina mengangguk. "Iya. Kiriman ke Jakarta harus berangkat sore ini."
Lima tahun lalu, semua hal yang ia jalani saat hanyalah impian. Ia ingat betul bahwa dulu ia perlu berdiri lama sendirian di dapur kecil rumahnya, memeras lemon dengan tangan kosong, menjual 10 botol pertama ke tetangga di barisan terdekat dari rumahnya, berjalan mengitari kampungnya ke kiri dan kanan. Waktu itu, label ditempel manual, botol dicuci dari kemasan air mineral.
Perjalanan merintis baginya bukanlah permulaan yang mudah. Tapi Lina bertahan dengan semua Upaya dan kerja kerasnya, karena ia tahu, bahwa di setiap botol lemon yang ia kemas, di dalamnya ada cita-cita yang besar yang ingin dicapai. Semua lemon yang suaminya datangkan dari ia peras bersama air mata harapan.
Apa titik balik perjalanan usaha yang Lina jalani?