Lihat ke Halaman Asli

Thomson Cyrus

TERVERIFIKASI

Wiraswasta, blogger, vlogger

Hidup Bahagia dengan Kekurangan Pasangan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih saja kita disuguhi perceraian para pesohor, teranyar adalah gugatan cerai Marshanda kepada suaminya Ben K. Di kompasiana sudah rame tulisan tentang mereka, apalagi di televisi, dari pagi sampai malam, sepertinya itu-itu saja yang dipertontonkan, meskipun saya tidak sempat menontonnya, tetapi curhat istri di kamar terpaksa kita dengar.

Mengapa selalu terjadi perceraian?

Alasannya pasti banyak. Sama dengan selingkuh, kenapa selalu ada, alasan juga banyak. Hidup kita ini selalu dipenuhi berbagai alasan. Ketika sesuatu terjadi kepada seseorang yang dicari pertama alasan, bukan solusi, itu sebabnya masalah kecil semakin besar, masalah besar semakin pecah.

Ketika saya memantapkan niat saya untuk mengajak pacar saya menikah, dulu, satu kegundahan hatinya yang saya jawab dengan tenang dan dia kaget dengan jawaban saya, seakan-akan jawaban saya tidak masuk akal dan sepertinya main-main.

Perempuan selalu berbicara dengan fisiknya, karena dia menganggap semua laki-laki hanya membutuhkan fisik dan kecantikan...ok..fisik dan kecantikan memang penting, tetapi apakah itu yang utama?

Saya tidak bisa mewakili semua kaum lelaki, tetapi ketika saya mantap mengajak pacar saya untuk menikah, maka pertimbangan saya sederhana, yaitu saya mencari pasangan yang dapat menerima kekurangan saya dan saya buktikan pertimbangan saya itulah yang saya butuhkan untuk bisa bahagia. Seringnya pertengkaran dalam rumah tangga, sebenarnya lebih kepada tidak adanya tujuan bersama di dalam membangun rumah tangga. Jika tujuan kita benar, saya yakin semua akan bahagia. Sebab, tantangan dan hambatan berumah tangga sangat banyak.

Dan satu hal yang saya terapkan dalam diri dan pasangan saya adalah saling menerima kekurangan masing-masing, sebab kalau kelebihannya sudah otomatis bisa kita terima.

Ok, saya kembali ke moment ketika saya mengajak pacar saya untuk menikah. Ketika itu, wajahnya berseri-seri, senang, tetapi ada ada rasa tidak percaya dengan apa yang saya katakan, meskipun kami hampir 8 tahun berpacaran, tetapi selama 8 tahun itu komunikasi kami tidak baik, oleh karena latarbelakang kehidupan saya yang tidak fokus dengan hubungan ketika itu.

Pacar saya berkata, "Kamu bisa menerima saya apa adanya?"

Saya, "Bisa...Kenapa tidak?"

Pacar saya, "Aku kan kecil banget dan tidak se cantik teman-teman mu, ntar kamu malu punya istri seperti saya?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline