Lihat ke Halaman Asli

The Adulterer (Cerpen Rohani)

Diperbarui: 24 September 2021   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

THE ADULTERER

Aku membuka mataku.

Sebenarnya, aku tidak boleh mendapatkan pemandangan ini. Di hadapanku sekarang, seorang pemuda berwajah tampan sedang tertidur dengan lembut di atas bantal. Aku membelai rambutnya, dan merasakan bahwa aku mengasihinya. Perlahan -- lahan kukecup dahinya, dan sebagai balasannya, ia membuka matanya. Ia tersenyum, membalas kecupanku, dan memejamkan mata kembali.

Perasaan ini adalah sebuah perasaan terlarang, dan kami mengetahuinya.

Sudah berulang kali aku berusaha mencegah perasaan ini timbul di dalam hati ketika ia berkunjung ke rumahku, sudah berulang kali aku berusaha menghindari pandangan matanya, sudah berulang kali aku menudungi kepalaku, namun tetap saja. Yang dibutuhkan hanyalah satu sentuhan lembut di jemari, dan aku merasakan kehangatan menjalar di segenap pembuluh darahku.

Ia menatap mataku dan aku menatap matanya.

Yang kuketahui selanjutnya adalah aku berada di atas tilam ini, bersama dirinya, menumpahkan segala hasrat terpendam. Saat pertama kali, aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatanku. Kalau perlu kupenggal tangaku sebagai hukuman jika aku mengulanginya lagi. Namun tangan yang sama yang menjadi alasanku kembali jatuh ke dosa yang sama. Hanya sebuah genggaman lembut, dan kami mengulangi perbuatan kami kembali, ketika lelakiku sibuk dengan urusan agamanya.

Ya, lelakiku adalah seorang pemuka agama, seorang petinggi dari mazhab Farisi. Akhir -- akhir ini ia sangat sibuk, bukan hanya ia saja, kelompoknya, karena kemunculan seorang nabi yang membawa ajaran baru. Dari desas -- desus yang kudengar, Ia mengubah hukum Taurat dan bersabda agar umat Israel kembali ke jalan yang benar. Kelompok ahli Taurat dan Farisi pun berupaya agar orang ini dapat dihukum dan dilenyapkan. Begitu pula lelakiku. Sejujurnya aku tidak terlalu peduli. Aku tidak terlalu peduli dengan hukum Taurat.

Karena aku sedang melanggarnya, sekarang.

Hukum ke tujuh dari sepuluh perintah Allah adalah jangan berzinah. Hanya dua kata. Peraturan yang mudah. Dan untuk kebaikan umat manusia. Namun, kehendak hatiku berkata lain. Kehendak jiwaku menginginkan yang lain. Aku menginginkan kasih dari pemuda di hadapanku ini. Wajahnya tampan, hatinya lembut, dan ia selalu memperkatakan yang baik. Aku mendambakan pujian dari mulutnya hadir di telingaku setiap saat. Ketika ia mengecupku, rasanya dunia terdiri dari segenap kebaikan. Tidak mungkin Allah memberikan sebuah perasaan semu dalam diriku ketika menjalin cinta.

Atau semua ini hanya tipu daya iblis?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline