Tentang apa yang bagus, apa yang baik, sering kali dipengaruhi oleh pandangan umum yang meskipun tidak tertulis tapi diterima sebagai sebuah kebenaran. Lihatlah misalnya mitos yang diwariskan dari generasi ke generasi tentang tangan kanan yang dipercaya sebagai "tangan bagus".
Pandangan ini mungkin diterima oleh lebih banyak orang sebagai kebenaran atau sesuatu yang normal. Padahal bagi sebagian orang lainnya, "tangan bagus" mungkin saja adalah tangan kiri, dan itu sebenarnya tidak kurang normal. Bagi mereka yang begitu, adalah hal yang biasa untuk cebok menggunakan tangan kanan.
Mengkontraskan kiri dan kanan tidak bisa serta merta dipakai dalam menentukan yang bagus dan tidak bagus. Lebih rumit dari kontras kiri dan kanan itu, bagaimana dilema yang muncul ketika seorang malaikat lebih memilih menjadi manusia? Itu adalah kisah cinta antara dua insan dari dunia yang berbeda, dia yang abadi dan yang fana. Tentu dilemanya melebihi hubungan beda negara.
Kisah itu dapat kita jumpai dalam lirik sebuah lagu yang berjudul "Iris". Lagu ini merupakan bagian dari album keenam grup band Goo Goo Dolls yang berjudul "Dizzy Up the Girl".
Lagu yang dirilis pada April 1998 ini ditulis oleh John Rzeznik, dan digunakan sebagai soundtrack film "City of Angels" yang dirilis pada tahun yang sama. Rzeznik mengakui bahwa sudut pandang dari karakter dalam film inilah yang menginspirasinya dalam menulis lirik lagu itu.
City of Angels menceritakan seorang malaikat bernama Seth (diperankan oleh Nicolas Cage), yang memilih untuk turun ke bumi dan menjadi manusia biasa agar dia bisa lebih dekat dengan gadis yang memikat hatinya. Gadis itu adalah Dr. Maggie Rice (diperankan oleh Meg Ryan). Pilihan Seth ini didukung oleh seorang temannya yang juga seorang malaikat bernama Cassiel (diperankan oleh Andre Braugher).
Mari kita lihat satu per satu lirik pada setiap bait lagunya.
And I'd give up forever to touch you
'Cause I know that you feel me somehow
You're the closest to heaven that I'll ever be
And I don't want to go home right now
Mempertahankan kemuliaan meskipun terasa diliputi kehampaan, tergambar dari pengakuan sang kekasih yang khawatir tidak akan lagi bisa menyentuh kekasihnya selamanya. Sekalipun kekasihnya yang hidup dalam kefanaannya tetap bisa merasakan kehadirannya.