Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Belajar dari Green Day, Wake Me Up When September Ends

Diperbarui: 1 September 2021   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: https://www.flickr.com/photos/silviapasquetto)

Suatu ketika pada 2007, Billy Joe Armstrong mengatakan kepada The New York Times, bahwa storytelling selalu menjadi inti perasaan dalam setiap musiknya.

Armstrong adalah vokalis dari sebuah band rock dari Amerika, bernama Green Day. Ia membentuk band ini pada tahun 1987 bersama dengan Mike Dirnt, yang merupakan pemain gitar bass dan backing vokal band tersebut.

Salah satu bukti dari perkataan Armstrong, tampak dalam sebuah lagunya yang berjudul "Wake Me Up When September Ends". Ia menulis lagu ini pada tahun 2002.

Dalam alunan melodi lagu yang terasa sendu dan lirik kesedihan yang memendam dari lagu itu, terasa agak bertolak belakang dengan tampilan punk para personel band itu. Sebenarnya, hal itu kembali menegaskan bahwa bagaimanapun terasa keras dan kasarnya suatu aliran seni, apa yang disebut seni tetaplah seni, termasuk musik.

Perpaduan seni dengan kemampuan menceritakan sebuah kisah atau peristiwa di bulan September dalam lirik lagu ini, ternyata memang menyajikan sebuah lagu yang bercerita dengan cara, gaya, dan intonasi yang dapat menarik hati dan menghanyutkan perasaan pendengarnya. Tidak bisa tidak, lagu ini berhubungan dengan sisi halus perasaan Armstrong yang menciptakannya.

Sebagaimana dilansir dari wikipedia, bahwa asal mula kata seni dalam bahasa Indonesia memiliki banyak teori, di antaranya bahwa kata seni berasal dari bahasa Melayu Riau, "sonik", dari asal kata "so" atau "se", yang berarti "satu". Atau juga berasal dari bahasa Sanskerta, "swa", yang berarti "satu", digabung dengan kata "nik", yang berarti sesuatu yang sangat kecil atau halus.

Dalam pemaknaan ini, dapat diandaikan bahwa seni menghasilkan suatu kesatuan perasaan yang tidak terbagi, karena ia merupakan sesuatu yang sangat halus, baik dalam bentuk, rupa, maupun sifatnya.

Maka tidak heran, bila seorang fans atau penggemar sebuah grup band, bisa merasa begitu menyatu dengan lirik dari sebuah lagu kesayangan yang dinyanyikan oleh penyanyi idolanya, sekalipun yang tidak suka akan merasakan perasaan yang sebaliknya.

Kita bisa meresapi lirik dari sebuah lagu, seolah itu adalah pengalaman dari kehidupan kita sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sebuah syair yang berasal dari pengalaman nyata dalam perjalanan hidup yang dinyanyikan dengan sepenuh hati, akan berhubungan dengan asal kata seni dari bahasa Sansekerta, "sani", yang berarti persembahan, pelayanan dan pemberian yang tulus.

Demikian halnya dengan lagu Wake Me Up When September Ends yang diciptakan oleh Billy Joe Armstrong ini. Lagu ini menceritakan tentang rasa kehilangannya yang mendalam atas sosok ayahnya sendiri.

Lagu ini diciptakan 20 tahun kemudian, setelah kematian ayahnya akibat penyakit kanker pada 1 September 1982, saat Armstrong masih berumur 10 tahun. Perasaan itu tergambar dalam lirik "Like my father's come to pass, twenty years has gone so fast".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline