Lihat ke Halaman Asli

teguh imam suryadi

Penikmat kopi gilingan sampai sachetan

Melongok Velodrome Jakarta, Mengenang Tong Setan

Diperbarui: 16 Oktober 2018   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com/Garry Andrew Lotulung

Gedung Balap Sepeda Velodrome di Rawamangun, Jakarta Timur kini tampil megah memanjakan mata; berstandar internasional. Terkagum-kagum saya ketika pertama menginjakkan kaki di pintu masuk kawasan seluas 9,5 hektar itu pada Kamis, 11 Oktober 2018. 

Terakhir mampir ke tempat ini sekitar 1983, waktu pengambilan nilai olahraga di SMP. Pada awal pembangunannya tahun 1973, Velodrome digunakan sebagai lintasan balap luar ruangan berstandar nasional. 

Menjelang perhelatan Asian Games 2018 tempat ini diruntuhkan dan dibangun-ulang. Lintasannya diformat untuk lomba di dalam ruangan, sepanjang 250 meter.

dokpri

Menyaksikan laga final balap sepeda antar penyandang disabilitas tingkat Asia pada gelaran Asian Para Games 2018 hari itu, posisi duduk saya merapat dengan batas arena balap. Duduk di zona tikungan memungkinkan untuk bersalaman dengan para pebalap.

Tikungan ini memiliki tingkat kemiringan 45 derajat. Dalam kondisi tertentu, kita bisa menyapa pebalap saat mereka melakukan selebrasi kemenangan. Nah, saya berada di posisi asik itu. 

dokpri

Beberapa penonton di samping kanan-kiri berusaha meraih tangan pebalap. Atau mungkin ingin bersalaman, tapi tidak mendapat respon. Tentu berbahaya jika pebalap berhenti di titik itu. Bisa-bisa dia jatuh tersungkur.

Ruangan megah dengan warna dan tata cahaya lampu cerah bertema 'merah putih' itu relatif sepi. Sekitar 500-an penonton duduk di kursi.

Sementara, kapasitas penonton mencapai 3000 an orang. Tapi, suara pekik penonton yang sedikit itu mampu membunuh sepi hingga laga berakhir.

Di bagian tengah lintasan balap, ada ruang lapangan yang tampak fleksibel untuk bermacam kegiatan. Kabarnya fasilitas itu bisa dipakai kegiatan olahraga volley, bola keranjang, dan futsal. Bahkan layak untuk konser musik. Tim cheerleader masing-masing negara memompa semangat dan memberi hiburan kepada para jagoan mereka. 

Di papan skor digital, nama-nama negara itu terpampang antaranya dari China, Malaysia, dan Jepang/dokpri

Tong Setan

Sekian kali pebalap melintasi tikungan, tiba-tiba pikiran saya terbang ke peristiwa lawas ketika masih bocah diajak nonton atraksi Tong Setan di pasar malam di daerah Cempaka Putih tahun 1970-an.

Atraksi Tong Setan atau 'motor gila' itu pertama dan terakhir yang saya lihat, tapi cukup membekas dalam ingatan. Adegan di dalam tong besar setinggi sekitar 3 meter itu, dua pengendara motor menjalankan motornya di dinding tong dari bahan kayu, entah jenis kayu apa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline