Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Kebijakan Moneter, Narasi Tentang Uang, Waktu, dan Stabilitas

Diperbarui: 4 Oktober 2025   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kebijakan moneter : skrinsyut 

Kebijakan Moneter: Narasi tentang Uang, Waktu, dan Stabilitas

Pernahkah kita bertanya mengapa harga cabai bisa melonjak begitu tinggi di pasar, atau mengapa suku bunga kredit rumah tiba-tiba terasa lebih mencekik? Di balik pergerakan angka-angka itu ada satu subjek besar yang sering kita dengar di ruang kuliah ekonomi, berita televisi, bahkan obrolan warung kopi: kebijakan moneter. Nama ini terdengar teknokratis, seolah hanya milik para ekonom di Bank Indonesia, The Fed di Amerika, atau European Central Bank di Frankfurt. Namun sesungguhnya, kebijakan moneter adalah denyut jantung yang kita rasakan setiap hari, meski sering tak kita sadari.

Mari kita mulai dari gambaran paling sederhana. Bayangkan sebuah pasar kecil di kota Anda. Uang yang beredar di pasar itu bisa diibaratkan seperti air dalam bak mandi. Jika airnya terlalu sedikit, orang akan berebut, barang dagangan jadi sepi pembeli, dan pedagang pun merugi. Jika airnya terlalu banyak, pasar bisa banjir---harga-harga naik karena uang melimpah tapi barang terbatas. Maka seseorang harus mengatur keran air itu. Di tingkat nasional, "pengatur keran" itu adalah bank sentral, dan proses mengatur keran itulah yang disebut kebijakan moneter.

Moneter sebagai Penjaga Stabilitas

Kebijakan moneter sejatinya bertujuan menjaga stabilitas. Stabilitas harga, stabilitas pertumbuhan, stabilitas nilai tukar, bahkan stabilitas psikologis masyarakat. Mengapa psikologis? Karena ketika inflasi tinggi, orang mudah panik, buru-buru memborong barang, sehingga inflasi makin menjadi. Sebaliknya, ketika suku bunga tinggi dan kredit sulit, banyak pengusaha kecil menunda investasi. Maka, bank sentral harus memainkan peran sebagai penjaga ketenangan, memastikan arus uang tidak terlalu deras tapi juga tidak terlalu kering.

Di Indonesia, bank sentral itu adalah Bank Indonesia (BI). Setiap bulan, para pejabat BI berkumpul dalam Rapat Dewan Gubernur. Di sana diputuskan apakah suku bunga acuan---dikenal sebagai BI7DRR (BI seven day Repo Rate - sejak 2023! Dikenal sebagai BI Rate) perlu dinaikkan, diturunkan, atau dibiarkan. Keputusan ini mungkin terdengar seperti angka dingin di papan pengumuman, namun dampaknya bisa langsung kita rasakan. Kenaikan 0,25 persen saja bisa membuat cicilan KPR membengkak ratusan ribu rupiah per bulan. Begitu juga sebaliknya, penurunan suku bunga bisa memicu geliat belanja, karena kredit kendaraan atau modal usaha jadi lebih murah.

Tujuan yang Tak Pernah Sederhana

Seringkali orang menyederhanakan tujuan kebijakan moneter: menjaga inflasi. Memang benar, inflasi adalah musuh abadi bank sentral. Namun sesungguhnya, tujuan kebijakan moneter jauh lebih kompleks. Ia bukan hanya menjaga harga, tetapi juga memastikan pertumbuhan ekonomi tidak mandek, nilai tukar rupiah tidak anjlok, serta kesempatan kerja tetap terbuka.

Kita bisa melihat paradoksnya di banyak negara. Jepang misalnya, selama dua dekade bergulat dengan inflasi yang terlalu rendah, bahkan deflasi. Harga-harga tidak naik, kedengarannya menyenangkan, tapi sebenarnya berbahaya. Orang menunda belanja karena yakin besok harga lebih murah, akibatnya ekonomi macet. Sebaliknya, di Amerika Latin seperti Argentina, inflasi bisa mencapai ratusan persen. Harga roti bisa berubah setiap minggu, uang gaji lenyap nilainya sebelum sempat ditabung. Indonesia sendiri pernah mengalami trauma inflasi tinggi pada masa 1960-an, ketika harga-harga melonjak ribuan persen. Dari pengalaman-pengalaman itu kita belajar, stabilitas harga adalah fondasi kehidupan sehari-hari.

Instrumen: Alat yang Diputar di Ruang Kendali

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline