Lihat ke Halaman Asli

Tatana Anasyara Amrunisa

Universitas Airlangga

Keluarga Berencana: Antara Solusi Kesehatan dan Kontroversi Kesehatan Reproduksi

Diperbarui: 11 September 2025   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Program Keluarga Berencana (KB) sejak lama dipandang sebagai strategi nasional dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Tujuan utamanya tidak hanya mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, tetapi juga meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi, menurunkan angka kematian ibu, serta memberikan kesejahteraan yang baik bagi keluarga. Keberhasilan KB dalam menurunkan angka kelahiran sering dianggap sebagai salah satu capaian besar bidang kesehatan masyarakat di Indonesia. Namun demikian, program ini tidak terlepas dari pro dan kontra. Di satu sisi, KB memberikan banyak manfaat bagi kesehtaan ibu dan anak, tetapi di sisi lain muncul berbagai kritik tentang efek samping kontrasepsi dan kendala akses layanan.

Dari perspektif positif, program KB terbukti berkontribusi dalam menekan angka kematian ibu. Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Kesehatan Mercusuar menemukan bahwa penggunaann Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dapat meningkatkan keberlangsungan program KB sekaligus membantu menurunkan risiko kematian ibu hamil. Hal ini terjadi karena KB menjaga jarak antar kehamilan, sehingga tubuh ibu memiliki waktu yang cukup untuk pulih sebelum menghadapi kehamilan berikutnya. Hasil yang sama ditemukan dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Aceh Timur, dimana edukasi dan penyuluhan tentang MKJP meningkatkan pengetahuan pasangan usia subur dan membantu mereka mengambil keputusan kontrasepsi yang lebih tepat. 

Manfaat lain dari KB adalah kemampuannya mencegah aborsi tidak aman. Sebuah penelitian berbasis model matematis menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia memperkirakan bahwa peningkatan prevalensi penggunaan kontrasepsi dari 59-61 persen hingga sekitar 69 persen mampu menurunkan angka aborsi per wanita secara sigmifikan. Dengan demikian, KB bukan hanya sekadar program pengendalian kelahiran, melainkan juga bagian penting dari upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi serius yang harus diolah melalui pendekatan promotif dan preventif dengan kontribusi awal pengarahan dan deteksi dini.

Meskipun demikian, program KB juga menimbulkan berbagai perdebatan, terutama mengenai dampak kesehatan akibat penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian di Yogyakarta menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan pil kontrasepsi dengan peningkatan risiko kanker payudara, terutama jika digunakan dalam jangka panjang atau pada periode dekat sebelum diagnosis kanker dilakukan. Melalui data tersebut, temuan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa manfaat KB bisa saja dibayangi oleh risiko kesehatan yang serius.

Kendala akses layanan KB juga tidak bia diabaikan. Pada masa pandemi COVID-19, penelitian di Jambi menunjukkan adanya penurunan partisipasi pengguanaan kontrasepsi hingga 21,5 persen. Kondisi ini dipicu oleh keterbatasan layanan kesehatan akibat pembatasan aktivitas masyarakat. Penurunan penggunaan kontrasepsi tersebut dikhawatirkan akan memicu peningkatan angka kelahiran setelah pandemi berakhir. Situasi ini menggambarkan betapa pentingnya keberlanjutan layanan KB yang adaptif terhadap kondisi darurat, sehingga masyarakat tetap dapat memenuhi kesbutuhan kesehatan reproduksinya.

Secara keseluruhan, program KB membawa manfaat besar bagi kesehatan masyarakat, terutama dalam mencegah kehamilan berisiko, menurunkan angka kematian ibu, dan mengurangi praktik aborsi tidak aman. Namun demikian, adanya efek samping kontrasepsi hormonal, kendala akses, serta perbedaan persepsi masyarakat membuat program ini tetap menuai kontroversi. Jika strategi edukasi, layanan kesehatan, dan dukungan sosial dapat diperkuat, maka manfaat KB dapat dimaksimalkan sekaligus meminimalkan dampak negatifnya. Dengan demikian, KB tetap relevan sebagai salah satu pilar utama pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia.

KATA KUNCI : KB, Solusi, Kontroversi, Kontrasepsi

DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, S. 2022. Edukasi Penggunaan MKJP Pada Pasangan Usia Subur di Desa Alue Nibong, Aceh Timur. Jurnal Bakti Masyarakat,3(2), 45-52.

Herlina, D., Utami, F., & Hidayah, R. 2022. Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Penggunaan Kontrasepsi di Jambi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 13(1), 87-94.

Wulandari, D., Wahyuni, E., & Indrayani, Y. 2017. Hubungan Pil Kontrasepsi Hormonal Dengan Risiko Kanker Payudara di Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat,33(2), 69-75.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline