Lihat ke Halaman Asli

Taslim Batubara

Pembelajar Seumur Hidup

Khalifah Al-Ma'mun: Sang Revolusioner Ilmu Pengetahuan Islam

Diperbarui: 8 Juni 2020   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

timetoast.com

Baghdad dalam bahasa Persia berarti "Didirikan oleh Tuhan." Kota ini dibangun atas perintah khalifah kedua Abbasiyah, Abu Ja'far al-Manshur. Pembangunan Baghdad dilakukan dengan perencanaan dan perhitungan yang sangat akurat. Dengan memperhatikan aspek iklim, lokasi, kemunculan penyakit, dan sumber pengairan, Baghdad hadir menjadi ibukota yang sangat layak bagi Abbasiyah. 

Dengan ratusan ribu pekerja yang didatangkan dari berbagai daerah, serta dana pembangunan yang sangat besar, Baghdad menjadi kota terbesar di dunia timur, mengalahkan Konstantinopel. Tahun 776 M, Baghdad selesai dibangun dan bersiap menjadi pusat kemajuan bagi peradaban Islam. Khalifah al-Manshur kemudian memberinya nama "Madinah as-Salam."

Seperti diciptakan dengan tongkat ajaib, Baghdad menjadi pusat pemerintahan bagi Daulah Abbasiyah. Daulah ini merupakan pemerintahan Islam terlama dalam sejarah Islam. berbagai kemajuan dan prestasi berhasil ditorehkan oleh para pemimpinnya. 

Baghdad berkembang pesat menjadikan Islam sebagai pusat Ilmu pengetahuan. Kota ini menjadi sebuah kota yang sangat kosmopolitan, terdiri dari berbagai macam bangsa, sekte, dan agama. Sehingga daya tarik Baghdad sangat memukau seluruh dunia. 

Baghdad memiliki ribuah taman indah, dan pemandian umum yang tersebar di seluruh penjuru kota. Seorang penulis sampai membandingkan keadaan Baghdad saat itu yang sudah sangat maju, dengan London dan Paris yang masih menjadi sebuah kota kecil dan sangat jorok.

Kemudian, khalifah kelima Abbasiyah, Harun ar-Rasyid menjadikan Baghdad sebuah "Mutiara dari Timur." Dalam kisah "Seribu Satu Malam", kemegahan Baghdad menjadi latar utama dalam cerita ini, yang sangat melegenda di dunia sasta timur maupun barat. 

Harun adalah sosok khalifah yang sangat cinta terhadap ilmu pengetahuan. Di masanya, gerakan penerjemahan kitab-kitab kuno dari peradaban sebelumnya: Persia, Romawi, Yunani, dan lainnya, mulai dilakukan. 

Harun mengundang ilmuwan dari seluruh dunia untuk hadir di Baghdad dan melakukan pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk menarik minat para pencari ilmu, Harun mendirikan "Baitul Hikmah" sebagai pusat aktifitas penerjemahan. Selain itu, Harun juga memberi berbagai macam fasilitas negara, agar para pencari ilmu merasa nyaman selama berada di Baghdad.

Kegemilangan Harun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, diikuti oleh anak tertuanya, Abdullah al-Ma'mun. Di masa kepemimpinannya, daya tarik Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan semakin luas. Baitul Hikmah yang didirikan oleh ayahnya, semakin diperluas oleh al-Ma'mun, guna semakin banyak buku (kitab) dan karya yang dihasilkan. Selain itu, ia juga membangun Observatorium termegah di Dunia Timur, sebagai pusat pengkajian ilmu Astronomi. 

Selain memberi berbagai fasilitas negara, Khalifah al-Ma'mun juga memberi tunjangan dan dana penelitian yang sangat besar kepada para ilmuwan. Biarpun, di masa kepemimpinanya, terjadi sedikit kekejaman terhadap para ulama konservatif. Hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap citra Baghdad sebagai kota pusat ilmu pengetahuan, dan dirinya sebagai Khalifah yang dicintai oleh para ilmuwan. Sehingga tak salah kalau para sejarawan, mengatakan masa kepemimpinan al-Ma'mun sebagai puncak kegemilangan peradaban Islam.

Kepribadian Khalifah al-Ma'mun

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline