Lihat ke Halaman Asli

Syifa Amalia

Pencerita

"Only Murders in The Building", Memaknai Hidup yang Melankolis

Diperbarui: 10 November 2021   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu scene dalam serial "Only Murders in The Building" yang diperankan oleh Steve Martin, Martin Short, dan Selena Gomez. Sumber: 20th Century Fox Television/DisneyPlus Hotstar

Barangkali seseorang membutuhkan pelarian diri dari kehidupan yang sulit untuk sementara waktu---beberapa menginginkan selamanya. Tapi bagaimana jika ada sesuatu yang menahannya di suatu masa sehingga tidak bisa ke mana-mana selain mengikuti arus waktu yang sedang berjalan sekarang.?

Berharap ada sebuah penyelesaian namun yang terjadi hanyalah pengulangan hidup yang melankolis. Seluruh kisah itu terangkum melalui 10 episode dalam serial yang berjudul Only Murders in The Building garapan Steve Martin dan John Hoffman.

Dalam suasana musim gugur di Upper West Side New York, Arconia dikejutkan oleh kematian salah satu penghuninya, Tim Kono (Julian Cihi) yang cukup tragis. Tim ditemukan tergeletak dengan sebuah pistol di tangannya. 

Polisi yang menyelidiki kasus tersebut menganggap kematiannya sebagai bunuh diri. Namun, tidak bagi tiga penghuni apartemen Arconia lainnya yang menganggap bahwa kematian Tim adalah sebuah pembunuhan. 

Terobsesi dengan podcast true crime yang tengah mereka dengarkan, Charles-Haden Savage (Steve Martin), Oliver Putnam (Martin Short) dan Mabel Mora (Selena Gomez) mencoba menguraikan beberapa hal janggal yang mereka temui untuk mengungkap dalang di balik kematian Tim Kono.

Ketiganya mulai menyelidiki satu per satu tetangga Tim yang dicurigai sebagai pembunuh sebenarnya. Mulai dari Howard, si pemilik kucing yang obsesif hingga penyanyi Sting. Seluruh penyelidikan yang dilakukan mereka publikasikan melalui saluran podcast yang diberi nama "Only Murders in The Building". 

Dugaan demi dugaan mengenai siapa yang ada di balik semua ini membawa mereka ke tempat yang tidak terduga. Meskipun lebih banyak salah sasaran namun pada akhirnya mereka menemukan penyelesaian yang masuk akal atas permasalahan ini.

Lahir Dari Luka yang Sama

Masing-masing karakter memiliki kesamaan yaitu pernah merasa memiliki sesuatu yang pada kehidupan masa kininya sudah tidak ada lagi. Perasaan itulah yang pada akhirnya membuat mereka enggan membuka diri terhadap orang lain bahkan kehilangan rasa percaya, dan rasa empati. Sebab ketakutan akan terluka lagi adalah konsekuensi yang sebisa mungkin mereka hindari.

newsweek.com

Sosok Charles ditampilkan sebagai seseorang yang menikmati kesendiriannya yang penuh duka. Ia seperti terjebak dalam rutinitas pagi yang memuakkan, berusaha menghidupkan kenangan akan Lucy yang telah lama hilang. Membuat telur dadar yang aromanya bahkan bisa menguar sampai tetangga sebelahnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline