Lihat ke Halaman Asli

Syarif Nurhidayat

Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

KehadiranKu pada Rindumu

Diperbarui: 17 April 2020   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada sebuah kisah yang menarik terkait hubungan seorang hamba dan Tuhannya. Satu saat seorang salik tengah tenggelam khusuk dalam doa-doanya. Kemudian Setan datang menghampirinya dan berkata, ''Sampai kapan kau akan terus seperti ini, memanggil-manggil Tuhan. Diamlah Kau, Tuhan tak akan pernah menjawabmu!''

Sang Salik itu menjadi teramat sedih dan termenung diam. Ia pun tak meneruskan doa-doanya.

Pada malam harinya, Nabi Khidir hadir dalam mimpinya dan bertanya, ''Mengapa Engkau berhenti menyeru Tuhanmu?"

''Karena jawaban dariNya tak juga kuterima,'' kata salik itu.

Khidir menjawab, ''Tuhan sendiri yang menyuruhku datang padamu. Dia berkata: 'Bukankah Aku yang memerintahkanmu untuk berdoa? Bukankah Aku yang menyibukkanmu dengan namaKu? Rintihanmu memanggil namaKu: Allah, Allah, Allah! Adalah jawaban-Ku untukmu. Kerinduanmu padaKu adalah utusanku bagimu. Akulah sumber dari semua air mata dan rintihanmu. Akulah yang memberi sayap bagi iringan munajatmu.'''

Saya sendiri tidak tahu persis, apakah riwayat dari kisah itu sahih atau tidak. Tetapi dari kisah ini kita bisa memahami bahwa sifat mengantarkan eksistensi. Eksistensi ditandai dengan hadirnya bukti akan sifat itu. Allah hadir dalam sifatnya yang Maha Murah. Sifat Kemahamurahan-Nya terwujud dalam terpenuhinya kebutuhan hidup kita manusia. Jadi, tanpa menatap langsung kepada Tuhan, kita bisa merasakan kehadiran-Nya. Setiap saat.

Hanya Baginda Nabi Muhammad saja lah yang pernah bermuajahah lagsung dengan Allah ketika peristiwa mi'raj. Kita sebagai hamba Allah dan umat Nabi, hanya mampu berangan dan merindukan. Alangkah dan betapa nikmat indah bertemu dengan Allah. Bahkan satu riwayat menyatakan keindahan utama paling puncak pasca kiamat adalah pertemuan dengan Tuhan. Sehingga wajar jika kemudian seorang hamba merindukan Tuhan begitu dalam.

Dalam cerita di atas, salik merindukan Tuhannya dengan terus menyebut nama-Nya dalam dzikir. Namun tak kunjung juga dia temukan pengobat rindu. Kehadiran Khidir menyadarannya. Bahwa wujud Kekasih hadir melalui cinta. Cinta tumbuh ditandai dengan rindu. Rindu adalah sulur cinta yang menandai hadirnya Sang Kekasih pada sanubari Pecinta. Lantas, siapa yang menghadirkan cinta, jika bukan Sang Kekasih. Siapa yang menumbuhkan rindu jika cinta tidak hadir mewujud pada diri pecinta.

Tuhan begitu dekat. Bahkan bukan sesuatu yang berada di luar diri manusia. Dalam samar kerinduan manusia, Tuhan hadir menjadi alasan kenapa manusia harus terus menyebut nama-Nya. Betapa lembut cara Tuhan menyapa hati setiap hamba-Nya. Patutlah gembira bagi manusia yang selalu merasakan rindu kepada Sang Maha Penyejuk Kalbu.

Syarif_Enha@Nitikan, 13 Mei 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline