Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Happy Ramadhan 110: Lebaran dan Utang

Diperbarui: 7 April 2024   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Setiap tahun, Indonesia merayakan momen Idul Fitri dengan penuh sukacita. Tradisi saling berkunjung, memberikan maaf, dan berbagi rezeki menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini. Namun, di balik kegembiraan tersebut, terkadang tersembunyi tantangan finansial yang tidak terduga. Salah satu masalah utama yang sering muncul adalah pengelolaan keuangan yang kurang bijak, yang dapat mengakibatkan beban utang yang berkepanjangan.

Idul Fitri sering kali diidentikkan dengan lonjakan pengeluaran, mulai dari membeli pakaian baru hingga memberikan sumbangan kepada yang membutuhkan. Menurut data dari Bank Indonesia, belanja konsumen di Indonesia meningkat tajam menjelang Idul Fitri, dengan peningkatan rata-rata 20% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Fenomena ini mencerminkan budaya sosial dan religius masyarakat Indonesia yang besar dalam berbagi kebahagiaan dan keberkahan selama bulan suci Ramadan dan Idul Fitri.

Namun, meningkatnya pengeluaran juga meningkatkan risiko terjerumus ke dalam utang. Survei Bank Indonesia juga mencatat bahwa pada tahun-tahun sebelumnya, lebih dari setengah dari rumah tangga Indonesia mengalami peningkatan utang selama bulan Ramadan dan Idul Fitri. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun semangat berbagi dan kebaikan hati menjadi pusat perayaan, pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak tidak boleh diabaikan.

Dari sudut pandang ekonomi, utang yang tidak terkendali dapat memiliki dampak yang merugikan bagi individu maupun perekonomian secara keseluruhan. Pertama-tama, utang yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan keuangan yang signifikan bagi individu dan keluarga. 

Cicilan utang yang harus dibayarkan setiap bulan dapat mengurangi kemampuan untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan. Selain itu, beban utang yang berat juga dapat meningkatkan stres dan ketidakstabilan mental, mengganggu kesejahteraan secara keseluruhan.

Dari perspektif makroekonomi, peningkatan utang rumah tangga dapat memberikan tekanan tambahan pada sistem keuangan secara keseluruhan. Jika banyak rumah tangga terjerumus ke dalam utang yang tidak terbayarkan, hal ini dapat meningkatkan risiko kredit macet bagi lembaga keuangan. 

Akibatnya, perekonomian dapat mengalami perlambatan karena lembaga keuangan menjadi kurang cenderung untuk memberikan pinjaman baru, yang pada gilirannya dapat mengurangi belanja konsumen dan investasi.

Plus Minus Utang untuk Keperluan Lebaran

Setiap tahun, datangnya bulan suci Ramadan diikuti dengan momen penuh berkah, yakni perayaan Idul Fitri. Tradisi lebaran di Indonesia seringkali dihubungkan dengan lonjakan pengeluaran untuk kebutuhan seperti pakaian baru, makanan khas lebaran, serta sumbangan kepada yang membutuhkan. Namun, dalam menghadapi peningkatan pengeluaran tersebut, seringkali orang-orang tergoda untuk mengambil jalan pintas dengan menggunakan fasilitas utang. Sebelum mengambil keputusan untuk berutang demi memenuhi kebutuhan lebaran, penting bagi kita untuk mempertimbangkan baik buruknya.

Salah satu keuntungan utama dari berutang adalah kemampuannya untuk memberikan akses cepat terhadap dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lebaran. 

Dalam situasi di mana pengeluaran tidak dapat ditanggung oleh penghasilan saat ini, fasilitas kredit dapat menjadi solusi yang sementara untuk menutupi kekurangan dana. Ini memungkinkan individu untuk tetap menjalankan tradisi lebaran tanpa harus menunda atau mengorbankan kebahagiaan keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline