Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Happy Ramadhan 21: Ramadhan dan Ekonomi Lingkungan, Menuju Penggunaan yang Lebih Berkelanjutan

Diperbarui: 24 Maret 2024   06:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ramadhan, bulan suci umat Islam, tidak hanya merupakan waktu untuk ibadah dan introspeksi, tetapi juga menawarkan peluang besar untuk merenungkan hubungan antara praktik keagamaan dan dampaknya terhadap lingkungan. Di tengah-tengah tantangan perubahan iklim dan kebutuhan akan keberlanjutan ekonomi, Ramadhan memperlihatkan peluang untuk mempertimbangkan perilaku konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan ramah lingkungan.

Konsumsi Pangan dan Pemborosan

Salah satu aspek utama dari Ramadhan adalah puasa, di mana umat Islam menahan diri dari makanan dan minuman dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Namun, paradoksnya adalah meningkatnya konsumsi pangan selama bulan suci ini. 

Berdasarkan data dari World Bank, terdapat sekitar 1 miliar orang di dunia yang kelaparan, sementara pemborosan makanan juga menjadi masalah serius. Di banyak negara, termasuk di Indonesia, pemborosan makanan meningkat selama bulan Ramadhan karena pembelian makanan yang berlebihan dan persiapan hidangan yang tidak terpakai.

Dari sudut pandang ekonomi, pemborosan ini bukan hanya berdampak pada individu secara finansial, tetapi juga memberikan tekanan tambahan pada lingkungan. Produksi makanan memerlukan sumber daya alam yang berharga seperti air dan lahan, sementara pembuangan makanan yang berlebihan meningkatkan emisi gas rumah kaca dan menciptakan limbah yang sulit diurai.

Pengaruh Konsumsi Ramadhan terhadap Industri

Selain konsumsi pangan, Ramadhan juga mempengaruhi berbagai industri, termasuk industri tekstil, makanan, dan ritel. Selama bulan ini, ada peningkatan signifikan dalam pembelian pakaian baru, dekorasi rumah, dan peralatan dapur. Meskipun ini memberikan dorongan ekonomi sementara bagi industri terkait, namun dampaknya terhadap lingkungan juga harus dipertimbangkan.

Misalnya, industri tekstil, yang sering kali menggunakan bahan-bahan sintetis dan pewarna kimia, dapat menyebabkan polusi air dan udara yang serius. Begitu juga dengan industri makanan, di mana peningkatan produksi makanan siap saji dan kemasan plastik dapat meningkatkan limbah plastik dan pencemaran lingkungan.

Peluang untuk Perubahan

Meskipun tantangan yang dihadapi oleh ekonomi lingkungan selama bulan Ramadhan jelas, namun ada juga peluang besar untuk perubahan yang positif. Inisiatif dan kesadaran akan keberlanjutan ekonomi dapat ditingkatkan melalui edukasi dan promosi yang tepat.

Salah satu langkah konkret yang dapat diambil adalah mendorong konsumsi yang lebih berkelanjutan selama Ramadhan. Ini dapat dilakukan melalui kampanye untuk mengurangi pemborosan makanan dengan memberikan tips tentang cara membeli dan menyimpan makanan dengan bijaksana. Selain itu, pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat bekerja sama dengan industri untuk mengembangkan produk yang ramah lingkungan dan mengurangi jejak karbon mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline