Ada orang yang berkata, kebahagiaan itu seperti sumur. Ia ada di dalam diri, tenang, tak selalu terlihat, tapi bisa memuaskan dahaga siapa pun yang datang. Ada pula yang percaya, kebahagiaan itu seperti matahari. Ia datang dari luar, menyinari, memberi hangat, dan tanpa cahaya itu kita hanya akan tersesat di lorong gelap.
Keduanya tak sepenuhnya salah.
Stoik di zaman Romawi meyakinkan kita bahwa takdir bisa menimpa siapa saja, tapi hanya batin yang tabah yang sanggup bertahan. Buddha jauh sebelumnya berbisik bahwa keinginan adalah belenggu, dan bahagia berarti melepaskannya. Seakan hidup hanyalah persoalan mengolah jiwa, menjaga hati tetap bening di tengah lumpur.
Namun coba tanyakan pada seorang anak yang tumbuh tanpa pelukan. Atau seorang buruh yang setiap hari ditindas, lalu disuruh pasrah pada keadaan. Bisakah ia bahagia hanya dengan menata batin? Bukankah manusia juga butuh roti, butuh cinta, butuh pengakuan? Aristoteles mengingatkan, kebahagiaan bukanlah ruang sunyi, melainkan panggung bersama. Kita hidup di antara orang lain, dalam polis, dalam relasi yang membentuk kita.
Mungkin kebahagiaan sejati bukanlah pilihan antara dalam atau luar, melainkan perjumpaan keduanya. Seperti pohon: akarnya menghunjam ke bumi, tapi daunnya meraih cahaya. Tanpa akar, ia rebah; tanpa cahaya, ia mati.
Kita bahagia karena hati yang cukup kuat untuk menerima luka. Tapi juga karena dunia masih menyediakan secercah senyum, secuil keadilan, secawan kasih. Tanpa itu semua, batin hanya jadi benteng sepi yang menipu diri.
Dan mungkin, kebahagiaan bukanlah tujuan akhir, melainkan perasaan singgah. Ia datang, ia pergi, lalu kembali lagi dalam bentuk lain. Seperti cahaya sore yang menyusup lewat jendela, lalu hilang ketika malam jatuh. Kita tak bisa menahannya, hanya bisa merasakannya sebentar.
Maka pertanyaan itu tetap terbuka: apakah kebahagiaan sejati lahir dari dalam diri, atau bergantung pada orang lain dan dunia luar? Mungkin jawabannya ada di antara bisikan hati dan tawa orang yang duduk di sampingmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI