Lihat ke Halaman Asli

Satrio Wahono

magister filsafat dan pencinta komik

Munir (1965-2004), Aktivis HAM Teladan Yang Berpulang Karena Nasionalismenya

Diperbarui: 8 September 2025   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivis HAM Munir yang tewas dibunuh pada 7 September 2004 (sumber: Wikipedia)

Tanggal ini, yaitu 7 September 21 tahun yang lalu pada 2004, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang berdedikasi dan penuh keteladanan Munir Said Thalib atau akrab dipanggil Munir (1965-2004) menemui ajal karena diracun arsenik di atas pesawat Garuda yang ditumpanginya dalam rangka akan menunaikan sesuatu yang bernilai ibadah tinggi dalam Islam, menuntut ilmu berkuliah S2 di negeri Belanda. 

Meski terkenal karena menuai banyak kecaman akibat kritik tajamnya terhadap negara, terutama peran militer dalam urusan sipil, kematian Munir tetap mengundang duka mendalam dari mereka yang kagum akan kesederhanaan hidupnya dan komitmen tingginya terhadap perlindungan HAM masyarakat sipil maupun marginal. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan sempat menyebut penyelidikan kasus Munir ini sebagai "the test of our history," ujian bagi zaman kita. Grup band indie terkenal Efek Rumah Kaca (ERK) juga mengabadikan kasus ini dalam salah satu single ikoniknya "Di Udara."

Sudah lebih dari dua dasawarsa berlalu,kasus pembunuhan Munir masih menjadi misteri. Hanya aktor lapangan yang sudah dipidana, sementara aktor intelektualnya atau mastermind belum terungkap. Bahkan, laporan penyelidikan tim pencari fakta (TPF) kasus Munir, yang dipimpin secara profesional oleh seorang perwira polisi Marsudi Hanafi, belum diumumkan secara terbuka kepada publik. Padahal, dua presiden telah berganti. Presiden Prabowo Subianto sebenarnya menyandang beban sejarah untuk membuka hasil penyelidikan yang sudah dilakukan sungguh-sungguh oleh TPF Munir.

Karena nasionalisme

Namun, tulisan singkat saya dalam mengenang Munir ini ingin mengangkat sisi lain yang sederhana dan menarik dari kasus Munir, sebuah sisi yang kian menebalkan status Munir sebagai seorang nasionalis yang justru berakhir tragis karena sikap cinta negaranya itu.

Buku HAM dan keamanan karya sahabat Munir, Al Araf (sumber: dokumentasi pribadi)

Sisi lain ini diceritakan oleh salah satu junior dan sahabat Munir, pengamat pertahanan Al Araf, dalam bukunya HAM dan Keamanan (Imparsial, 2018, hal. 92). Dikisahkan dalam buku itu bahwa beberapa kawan Munir mempertanyakan mengapa Munir lebih memilih naik pesawat Garuda ke Belanda, padahal ia bisa menggunakan maskapai penerbangan negara lain mengingat biaya pesawat ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemberi beasiswa S2 Munir.

Ternyata Munir punya jawaban sederhana tapi sangat nasionalis, "Kalau saya pakai Garuda, uangnya akan masuk ke Indonesia, tetapi kalau saya menggunakan maskapai penerbangan negara lain, uangnya akan masuk ke negara tersebut." Padahal jika tidak menggunakan Garuda, simpul Al Araf, operasi pembunuhan Munir lewat racun arsenik dalam santapan terakhir mi goreng sang aktivis akan sangat sulit dilakukan.

Dengan kata lain, nasionalisme Munir tidak perlu lagi diragukan. Sebab, bahkan untuk urusan sesederhana memilih pesawat, Munir masih mementingkan memakai maskapai negerinya sendiri. 

Adapun kritik tajam Munir terhadap pemerintah negaranya justru merupakan bentuk cinta Munir kepada negaranya. Sebagai salah satu eksponen masyarakat sipil, Munir pasti memaksudkan kritiknya sebagai obat pahit bagi negara untuk melaksanakan prinsip negara hukum dan demokrasi yang menghargai masyarakat sipil serta melindungi HAM warga negaranya secara optimal guna mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera. Negara jadinya berutang kepada Munir sebagai warga yang mencintai tanah airnya untuk menuntaskan kasus pembunuhan sang aktivis, lebih dari 20 tahun yang silam. Al Fatihah untuk beliau, aamiin ya rabbal 'aalaamiin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline