Kok anti mainstream ya ada bakso Malang di Bogor ? Bahkan pemiliknya juga warga asli Bogor, bukan orang Malang asli.Bagaimana rasanya ? Pasti banyak orang menduga biasa-biasa saja. Pasti tidak se autenthic atau se legend bakso Malang yang asli. Eits, nanti dulu .
Vina (dokpri)
Koteka, memang bukan komunitas kuliner, namun sisi budaya masih mencakup dalam ranah tulisannya. Bakso Malang termasuk salah satu budaya di nusantara ini yang harus tetap dilestarikan dan digaungkan agar tetap dikenal oleh generasi muda.
Usaha F&B ini mulai ditekuni Vina saat usahanya di bidang kreatif, pembuatan boneka cantik agak terdampak suram saat pandemi Covid melanda dunia. Gerainya terpaksa ditutup, karena sepi pengunjung, yang disebabkan berlakunya PSPB.
Ternyata musibah ini beralih menjadi berkah, Vina yang sedang mengikuti suaminya yang diplomat di Namibia, Afrika, Sempat berjumpa pakar kuliner Indonesia di Stockholm, yang sering keliling nusantara memperkenalkan kuliner nusantara dan mendukung cita-cita berbisnis di F&B ini.
Vina memiliki mimpi berbisnis bakso, karena menurutnya bakso adalah makanan sejuta umat di Indonesia Tidak peduli suku apa pun, pasti menyukai bakso.
Maka terbersit ingin memasarkan bakso Malang, bakso yang dihidangkan dengan beberapa item lain agar lebih menarik. Ciri khas bakso Malang ini tidak menggunakan mie.
Ide ini disampaikan kepada pakar kuliner yang sudah dikenal lama dan mendapat tanggapan positif, diferensiasinya harus bersih dan sehat.
Sehat dalam arti mulai penyiapan bahan harus menggunakan bahan berkualitas dan sedikit menggunakan MSG. Contoh untuk tahu digunakan tahu Yunyi yang sangat banyak penggemarnya.
Bersih dalam arti mulai penyiapan harus dilakukan dengan dapur yang bersih, mencuci mangkok dengan air mengalir.