Lihat ke Halaman Asli

Bisakah Baliho Mengangkat Elektabilitas?

Diperbarui: 13 Agustus 2021   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh Baliho (sumber: kompas.com)

Baru-baru ini dunia politik di Indonesia bergemuruh lagi, meski pilpres masih tiga tahun lagu, beberapa politisi sudah mulai memasang baliho di beberapa tempat strategis. Tentunya tujuan  pemasangan baliho ini guna memperkenalkan si tokoh, yang otomatis akan mengangkat elektabilitasnya. 

Dimulai dari Giring dari PSI hingga beberapa Ketua Partai, seperti Airlangga Hartarto (Ketua Partai Golkar) dan Muhaimin Iskandar (Ketua PKB) dan Puan Maharani (Ketua DPR RI / PDIP). Maupun tokoh yang sedang ingin melakukan :test in the water' elektabikitasnya di mzsyarakat.

Bisakah pemasangan baliho mampu mengangkat elektabilitas si tokoh?  Menurut analisa saya, bisa tapi tidak signifikan karena sekarang sedang era pandemi, dimana warga diminta lebih banyak di rumah saja, jangan banyak beraktifitas dan keluar rumah.

Beda dengan saat menjelang pilpres sebelumnya, karena tidak ada pandemi saya sering bepergian ke luar kota baik jalan darat maupun melalui transportasi udara, sehingga bla ada baliho dipasang di dekat bandara pasti melihatnya. Nah, bila sekarang dipasang baliho berapa orang yang terjangkau? 

Jujur saja, dari semua baliho yang sekarang sudah dipasang, satupun saya belum pernah melihat fisiknya, kecuali melihat melalui foto di portal-portal berita atau saat ada netizen yang memotretnya lalu mengunggahnya di Instagram atau WhatsApp.

Sekolah dan kuliah saja, sekarang dilakukan secara online. Kerjapun disarankan Work From Home. Seminar, pelatihan dan wisata dilakukan secara virtual. Mengapa para politisi ini tidak melirik dunia digital yang sedang naik daun. Mereka bisa menjadi keynote speaker pada seminar kesehatan yang banyak diadakan. 

Bisa juga menampilkan kegiatannya yang terkait dalam membantu warga guna mengatasi dampak pandemi, seperti memberikan bantuan makanan, sembako, obat-obatan dan vitamin atau memberikan solusii pada pengadaan rumah sakit saat rumah sakit sedang penuh, melakukan pengisian oksigen gratis saat oxygen kosong di pasaran atau memfasilitasi vaksinasi, yang dapat divideokan dan diviralkan melalui sosial media, seperti Tik Tok, Youtube, IG TV dan lainnya. 

Memang diperlukan membentuk tim sosial media, guna memikirkan konten, membuatnya dan mengunggahnya di sosial media. Tentu warga yang berada di rumah saja tak akan jauh-jauh dari gawainya. Kalau informasi hoaks saja bisa membuat orang stress, mestinya bisa menjadi media efektif guna mengangkat elektabilitas.

Tolok ukur elektabilitas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline