Lihat ke Halaman Asli

Andre Pratama

Rekayasa Persepsi Publik

Kangen Angkot Gaul Padang, Potret Padang yang Kian Individualistik

Diperbarui: 7 Oktober 2025   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar:Ilustrasi AI

Pagi di Jalan Sudirman, Padang, selalu punya cerita sendiri. Di depan SMP Negeri 1 Padang, deru knalpot bersahutan dengan suara klakson mobil pribadi dan ojek daring yang saling berebut ruang. Anak-anak berseragam biru putih turun tergesa dari mobil, sebagian lagi dijemput motor berjaket hijau. Di sisi lain, sebuah angkot biru tua yang dulu disebut "angkot gaul" menepi sejenak, pintunya terbuka tanpa ada satu pun penumpang naik.

Di kota yang dulu dikenal dengan angkot yang bersaing dalam warna, musik, dan stiker nyentrik, kini wajah transportasi publik berubah. Jalan yang sama, tapi cerita yang berbeda.

Angkot Gaul, Romantisme yang Perlahan Padam

Ada masa ketika angkot Padang bukan sekadar moda transportasi, tapi juga ruang ekspresi anak muda. Musik remix berdentum, dari dangdut koplo sampai EDM, dengan kaca belakang bertuliskan nama keren: "Black Pink Line", "Borneo 99", atau "Young Bloodz".

Sopirnya hafal wajah anak-anak sekolah di tiap titik pemberhentian. Di dalam, kadang ada tawa, kadang ada curhat, bahkan cinta pertama. Tapi semua itu mulai memudar.

Kini, di banyak rute, terutama ke kawasan pusat kota, jumlah angkot terus berkurang. Data Dinas Perhubungan Kota Padang (2024) menunjukkan penurunan drastis, lebih dari 40 persen unit berhenti beroperasi dalam lima tahun terakhir. Sebagian sopir beralih profesi menjadi pengemudi ojek daring, sebagian menjual mobilnya.

"Susah sekarang, Nak. Penumpang tinggal ibu-ibu ke pasar sama anak sekolah yang belum punya HP," kata Pak Dodi, sopir angkot rute Aur Duri--Pasar Raya, sambil menatap kosong ke arah jalan yang macet di depan mata.

Sementara ia menunggu penumpang, barisan mobil pribadi melintas tanpa henti. Beberapa hanya berisi satu orang: pengemudi sendiri.

Ironi Pertumbuhan dan Mobilitas

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat baru saja merayakan ulang tahun ke-80 dengan slogan optimistis: "Sumbar Bertumbuh Menuju Kemajuan". Tapi di lapangan, pertanyaan yang menggelitik muncul: bertumbuh untuk siapa?

Secara statistik, pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun 2024 tercatat hanya sekitar 4,3 persen, di bawah rata-rata nasional. Namun jumlah kendaraan pribadi justru meningkat pesat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar menunjukkan kenaikan lebih dari 18 persen kendaraan bermotor dalam tiga tahun terakhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline