Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Terima Kasih Luis Milla, Sudah Memberikan Warna Sepak Bola Indonesia

Diperbarui: 24 Agustus 2018   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terima kasih Luis Milla, sudah memberikan warna terhadap sepakbola Indonesia.

Atas sentuhan Anda, harus diakui bahwa timnas U-23 menjadi bertaji. Namun, atas prestasi gagal menembus empat besar Asian Games 2018, PSSI harus menepati janji, segera mencari pengganti pelatih timnas yang baru.

Namun, apakah PSSI akan menuntaskan janjinya? Sementara publik sepakbola nasional banyak yang mendukung agar Milla tetap bertahan dengan membuat hastag #saveLuisMilla. Mampukah PSSI membayar, bila Milla tetap bertahan menakodai timnas hingga Piala AFF? 

Komposisi pemain, provokasi, dan wasit kontroversi

Nasi sudah menjadi bubur. Target timnas U-23 menembus empat besar Asian Games 2018, pupus. Memang anak-anak Garuda sudah berjuang sangat keras menguasai laga dan berupaya memenangi duel. Sayangnya, Milla kembali mengubah komposisi pemain. Mengapa Rezaldi dibangku cadangkan, dan muncul Andi Setyo? Mengapa juga Febri tetap dimainkan.

Awalnya, Andi terlihat kompak dengan Hansamu, pada akhirnya kedodoran juga dan membaut blunder. Maklum baru pertama tampil langsung di laga genting.  Ujungnya, atas kecerobohannya, wasit menghadiahi UEA pinalti. 

Seharusnya laga tadi benar-benar dapat menjadi milik Indonesia.  Sayang, selain karena ulah pemain UEA dengan berbagai cara provokasinya, plus dukungan wasit yang sangat jelas terlihat lebih memihak lawan, menjadikan jalannya laga penuh kontroversi keputusan wasit. Mengapa wasit semacam itu dapat memimpin laga sekelas Asian Games. Padahal saat sempat memimpin Liga 1 saja membuat keputusan kontroversi di laga Persija versus Persib Bandung. Bagaimana AFC melihat wasit ini, yang bahkan memberikan hadiah pinalti kepada UEA. Bukan sebaliknya mengkartu merah pemain UEA yang melakukan aksi tipu!

Kendati akhirnya penggawa Garuda dapat menebus dan membuat gol penyeimbang dengan skor 2-2, adu pinalti tetap menjadi milik UEA. Atas kegagalan ini, memang ada yang disesali, mengapa Milla harus mengubah komposisi pemain inti? Sementara, pelatih negara lainpun turut mengingatkan timnas U-23 Indonesia atas trik provokasi ala UEA yang menghalalkan segala cara untuk merebut kemenangan. Yang lebih mengherankan, mengapa wasit asal Australia itu, yang harus memimpin laga, dan terbukti membuat banyak keputusan kontroversi!

Timnas adalah pretasi bukan pembinaan

Timnas U-23 memang sudah gagal memenuhi target dari Pemerintah dan PSSI menembus empat besar Asian Games. Namun, publik sepakbola nasional tetap bangga atas tim ini. Publikpun bangga kepada Luis Milla karean telah memberikan warna tersendiri pada sepakbola Indonesia. Sehingga meski timnas gugur di 16 besar, publik bahkan meminta PSSI #saveLuisMilla.

Apa yang diharapkan publik cukup beralasan, karena sejak Milla menangani Evan Dimas dan kawan-kawan, performa mereka semakin apik. Milla berhasil meracik tim dengan komposisi pemain yang mumpuni dari segi teknik dan fisik, meski banyak pemain yang belum dapat mengembangkan secara maksimal kemampuan intelegensi dan personalitinya dengan fakta, bertaburnya kartu kuning kepada pemain U-23 kita. Barangkali itu yang membuat Milla acap kali bereksperimen dan coba-coba selalu mengubah serta gemar merotasi pemain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline