Olok-olok HRD mengunggah sebuah CV pelamar kerja yang dianggap tak niat untuk melamar kerjaan, di laman akun X (media sosial) sejatinya adalah kabar baik yang patut diapresiasi secara positif oleh para pelamar kerja.
Pasalnya di masa lalu, selain tidak mudah mencari atau menemukan lowongan kerja dengan cepat, berkas lamaran kerja yang diajukan ke banyak tempat sering kali tidak diketahui nasibnya.
Sebab jarang sekali ada respons balik untuk mengetahui ke mana jejak dari berkas lamaran kerja yang diajukan. Bila ada respon balik berupa panggilan interview atau tes pun kerap datang terlambat. Maklum panggilan interview atau tes di masanya masih memakai pos surat.
Makanya bagi para pemilik berkas lamaran yang saat itu tidak diketahui rimbanya, terbangun narasi bahwa berkas lamaran kerja yang masuk ke HRD hanya akan ditumpuk tanpa dilihat sekilas pun lalu dibuang ke tempat sampah atau dijual sebagai kertas bekas untuk pembungkus gorengan.
Sebuah narasi negatif yang umum terjadi dan ditujukan pada HRD-HRD perusahaan tempo dulu, kritik tanpa bukti yang mengarah pada lemahnya kinerja HRD di berbagai perusahaan pada masa-masa itu.
Narasi negatif tersebut juga merujuk pada informasi bahwa HRD tempo dulu akan mengutamakan para pelamar yang memiliki referensi, atau koneksi orang dalam (ordal).
Bahkan lebih ekstrem, iklan-iklan lowongan yang telah dipasang di berbagai media cetak, selebaran atau poster oleh HRD, hanya cara atau formalitas agar HRD terlihat kerja dan supaya orang tahu bahwa perusahaannya ramah pengangguran dengan menebarkan banyak posisi lowongan kerja bagi orang-orang yang mengalami dilema pengangguran.
Tapi mari kesampingan narasi negatif pada kinerja HRD, yang kebenarannya barangkali cuma sekian persen. Fokus saja pada dampak positif di masa kini. Bahwa olok-olok lamaran adalah salah satu bukti HRD kerja. Bukti bahwa HRD sungguh memerhatikan lamaran kerja para pelamar secara detail dan serius dalam merekrut karyawan untuk kebutuhan SDM bagi perusahaannya.
Jadi, jangan anggap lamaran kerja yang diunggah oleh HRD di media sosial sebagai olok-olok, melainkan kritik sekaligus koreksi atas kekurangan yang menjadi petunjuk penting untuk mengubah cara membuat CV dan surat pengantar kerja menjadi jauh lebih baik dan diminati HRD.
Oleh karenanya, daripada merespons kembali HRD yang bermaksud membangun jiwa petarung pada pelamar kerja dengan komentar buruk, lebih baik koreksi diri, pelajari di mana letak kesalahannya dan segera mulai serius bikin CV. Tetapi bagaimana cara serius membuat CV?