Lihat ke Halaman Asli

Sunan Amiruddin D Falah

TERVERIFIKASI

Staf Administrasi

Agelaste, Melawan Problematika Demokrasi Tanpa Hiburan dan Tawa

Diperbarui: 27 Februari 2024   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: CHY/HERYUNANTO/KOMPAS.ID

"Sebuah hari tanpa tertawa adalah hari yang tidak berguna" -Charlie Chaplin-

Hari tanpa tertawa bagi sebagian besar orang adalah sebuah kemustahilan.

Sebab meskipun dunia sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, tawa merupakan salah satu cara ampuh dalam menghibur dan memberi banyak alasan untuk mengobati luka dan duka yang ditimbulkan oleh apapun permasalahan dunia.

Wabah, bencana, peperangan, resesi, penurunan daya dukung lingkungan, perubahan iklim dan segudang permasalahan lain yang tiada henti datang silih berganti di bumi yang kita diami sekarang, tentu tidak harus selalu disikapi dengan kesedihan, kecewa, penyesalan atau pesimisme.

Tetapi tawa walaupun seringkali hadir atau dihadirkan dalam rangka menghibur, menjadi bagian dari terapi atau mampu mengobati luka dan duka, ia hanya sekadar mampu menyembuhkan luka batin atau mental dan seringkali bersifat di awal saja dan sementara.    

Ketika beberapa titik dari penjuru dunia atau hampir seluruh penjuru dunia tertimpa wabah dan bencana, didera peperangan, dihantam resesi, dilanda kerusakan lingkungan dan iklim ekstrem yang merubah kondisi bumi serta masalah lainnya, dunia malah akan terpingkal-pingkal bila semua permasalahan itu dapat diselesaikan oleh hiburan dan tawa. 

Nonsense! Dunia tidak hadir melalui penghiburan atau tawa. Bumi bahkan beraksi lewat dirinya sendiri untuk memperbaiki sejumlah bagian dari kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia. Bukan dengan cara menghibur diri atau menertawai dirinya sendiri.

Sementara usaha manusia untuk membuat dunia terbebas dari semua permasalahan yang menyelimutinya, sedekat ini terbukti masih jauh dari harapan.

Lalu bagaimana dengan eksistensi sebuah dunia yang seharusnya berada di posisi penyelesai semua masalah, yakni demokrasi dengan politiknya, mampu mengambil peran?

Sejak reformasi, demokrasi pernah bahkan selalu mempercayakan keutuhan diri dan cita-cita luhurnya kepada para negarawan, bangsawan, teknokrat, parlemen, legislatif, eksekutif hingga yudikatif atau hirarki jabatan dalam pemerintahan, yang sebagian besarnya bermula dari pesta demokrasi.

Semua calon, kandidat atau politisi yang terpilih dalam pemilu dan kemudian menyusun hirarki jabatan dalam pemerintahan, tentulah berasal dari latar belakang pendidikan, profesi atau keahlian berbeda, yang umumnya datang dari kalangan negarawan, bangsawan, teknorat atau politisi melalui jalur partai dan memiliki bekal kompentensi politik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline