Jakarta --- Ratusan guru yang tergabung dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dari berbagai daerah berkumpul di Syahida Inn, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Sabtu (30/8/2025). Mereka menghadiri kegiatan Ngkaji Pendidikan #8 yang mengusung tema "Pendidikan dari Masa Depan."
Sekitar 600 peserta hadir dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Kehadiran mereka mencerminkan tingginya antusiasme guru dalam mencari ruang refleksi dan pembaruan gagasan mengenai masa depan pendidikan di Indonesia.
Kegiatan ini digagas oleh pegiat GSM Tangerang Selatan di bawah koordinasi Wiwik Budiasih, dengan dukungan pemerintah daerah setempat. Hadir dalam kesempatan tersebut, Kasi Pendidikan Madrasah Tangsel Pudin Saepudin dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel Deden Deni, yang menunjukkan perhatian pemerintah terhadap inisiatif para guru akar rumput.
Kegiatan berlangsung meriah dengan kehadiran Narji Cagur sebagai pembawa acara. Forum utama diisi oleh Muhammad Nur Rizal, Founder GSM, dengan Kang Dodi sebagai moderator.
Pendidikan Bukan Sekadar Kurikulum
Dalam pemaparannya, Rizal menegaskan bahwa pendidikan masa depan harus dibangun di atas moralitas, imajinasi, dan keberanian berpikir otentik.
"Bangsa ini lahir dari rahim orang-orang yang berpikir dan bertindak otentik, bukan yang sekadar mengejar jabatan. Forum ini adalah ruang berdialog dengan batin, membayangkan warisan pendidikan apa yang akan kita tinggalkan untuk anak cucu," ujarnya.
Rizal menambahkan bahwa pendidikan bukan sekadar prediksi arah masa depan, melainkan proyeksi berdasarkan kondisi hari ini. Guru dituntut untuk berperan aktif membangun sistem yang melahirkan generasi dengan kemampuan berpikir kritis, moralitas yang kuat, dan kepekaan sosial.
Muhammad Nur Rizal, Founder GSM. Dokpri.
Ngaji Pendidikan #8 juga menjadi ruang alternatif bagi guru untuk menyalurkan kegelisahan atas kondisi bangsa melalui refleksi, bukan aksi jalanan. Para peserta menilai bahwa perjuangan guru tidak kalah penting, meski ditempuh dengan cara berbeda.