Lihat ke Halaman Asli

suherman agustinus

Dum Spiro Spero

3 Kesulitan Pembelajaran Daring dan Luring serta Solusinya

Diperbarui: 21 Mei 2021   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesulitan dalam pembelajaran daring (Sumber gambar:Ilo.org)

Pemerintah masih menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada semester pertama tahun ajaran 2020/2021. Hal ini disebabkan masih tingginya grafik kenaikan jumlah korban Covid-19.

Pembelajaran jarak jauh ini memakai sistem Daring dan Luring. Terutama untuk daerah-daerah yang masih berzona merah. Misalnya di Depok, tempat di mana saya mengajar.

Saya kira pembaca sudah tahu apa itu sistem pembelajaran Daring dan Luring? Pembelajaran Daring (dalam jaringan) artinya proses pembelajaran atau tatap muka antara pengajar dengan peserta didik yang dilaksanakan secara online.

Pembelajaran sistem Daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo dan Zoom. Sedang pembelajaran Luring (luar jaringan) artinya pembelajaran dengan memakai media, seperti televisi dan radio.

Baca juga : Optimalisasi Penggunaan E-Raport dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMP Negeri 2 Kota Bekasi

Kedua sistem pembelajaran ini mau tidak mau harus tetap dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Sebab, tidak mungkin peserta didik dibiarkan libur panjang hingga coronavirus pergi. Lagi pula, kita tidak tahu kapan corona pergi dari negeri ini.

Setidaknya ada 3 kesulitan yang saya temukan dalam pembelajaran sistem Daring dan Luring antara lain:

Pertama, jaringan internet yang lemot. Sistem pembelajaran Daring dan Luring dapat berjalan efektif jika jaringan internetnya bagus. Sebaliknya, ketika jaringan internetnya jelek/buruk, maka secara otomatis proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) online pasti terhambat.  

Belum lagi ada peserta didik yang membuat alasan yang mengada-ada. Artinya, banyak juga peserta didik yang mengatasmanakan jaringan jelek lalu mengurung niatnya mengikuti kegiatan pembelajaran online. Hal ini sangat mungkin terjadi. Apalagi Kepala Sekolah dan guru-guru tidak dapat mengontrol secara langsung keberadaan mereka di rumah.

Kedua, kuota internet terbatas. Orang tua yang terkena dampak Covid -19 pasti akan kesulitan untuk membeli kuota internet. Terutama orang tua yang secara ekonomi tidak memadai. Hal ini perlu dipikirkan secara matang oleh pihak sekolah dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kasihan juga orang tua. Mereka sudah terbebani karena di-PHK oleh perusahaan, ditimpal lagi oleh beban keharusan membeli kuota internet.

Ketiga, KBM tidak efektif. Sistem pembelajaran Daring dan Luring tentu tidak seefektif pembelajaran di sekolah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Misalnya pengurangan jam mengajar. Guru-guru yang biasanya mengajar 4 jam di sekolah, terpaksa hanya mengajar selama satu jam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline