Lihat ke Halaman Asli

Subhan Kamil

Mahasiswa

Menata HMI dan membangun Indonesia: Perjuangan Keislaman dan Keindonesiaan HMI

Diperbarui: 30 Juli 2025   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Himpunan Mahasiswa Islam 

Pemateri: Kanda Sopian Hadi Purnama

Ciputat - Dalam upaya menata dan membangun kembali HMI di Indonesia, pemateri menyampaikan bahwa berdasarkan pengamatannya, organisasi HMI saat ini telah mengalami degradasi, baik dari segi semangat perjuangan maupun nilai-nilai keislaman yang menjadi pondasinya. Ia menyoroti bahwa sejak tahun 2010, posisi HMI mulai tergeser oleh organisasi-organisasi lain. Hal ini disebabkan oleh pergeseran pola aktivitas keislaman, di mana sebelumnya HMI sangat aktif dengan kegiatan berjamaah di masjid, baik secara kelompok maupun individu.

Pemateri menekankan pentingnya kembali menelusuri sejarah HMI dan memahami visi para pendiri organisasi yang telah merumuskan arah perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam. Dalam sesi berikutnya, pemateri juga membagikan langkah-langkah konkret yang pernah ia lakukan saat menjabat sebagai Ketua Komisariat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia menegaskan bahwa ada tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap kader HMI untuk menghidupkan kembali ruh perjuangan organisasi.

1. Kecerdasan Intelektual dengan cara baca buku, dan diskusi.

2. Kecerdasan Spiritual dengan cara sering murojaah mengaji.

3. Kecerdasan Emosional dengan cara mengendalikan emosi terhadap pengurus.

Selanjutnya, bentuk kritik yang sejatinya perlu dilakukan adalah melalui partisipasi aktif dalam proses-proses pengambilan keputusan, khususnya dalam penyusunan berbagai peraturan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi. Keterlibatan ini penting agar masyarakat, termasuk mahasiswa, tidak hanya menjadi pengamat pasif, tetapi turut andil dalam menentukan arah kebijakan publik.

Sebagai contoh, dalam proses penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) maupun APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), partisipasi tersebut dapat dimulai dengan menyusun naskah akademik sebagai dasar pertimbangan. Naskah akademik tersebut kemudian diajukan ke DPRD dan akan dibahas lebih lanjut sesuai dengan pembagian tugas masing-masing komisi. Dengan cara ini, kritik yang disampaikan tidak hanya bersifat verbal, tetapi juga konstruktif dan berdampak nyata bagi masyarakat.

Keterlibatan aktif kita di tengah masyarakat sejatinya merupakan wujud nyata dari peran dan fungsi mahasiswa sebagai agen kontrol sosial yang harus senantiasa hadir dan mengawal jalannya kehidupan sosial. Namun, masih perlu dipertanyakan apabila ada mahasiswa yang justru tetap terjebak dalam sikap ego-sentris, enggan peduli terhadap masyarakat yang notabene adalah bagian dari ruang hidupnya sendiri.

Kurangnya keberanian untuk menyuarakan pendapat atau mengambil peran dalam lingkungan sosial menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi. Saya menyadari bahwa mungkin saya belum mampu membawa perubahan besar bagi orang lain, namun setidaknya kita memiliki tanggung jawab moral untuk saling mengingatkan dan menyadarkan sesama mahasiswa akan pentingnya memahami dan menjalankan peran strategis mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline