“Mas, tidur mas. Udah malem!”, perintahku kepada Thole yang tidak beranjak di depan tv nonton film kartun.
“Tidak mau bapak! Film hantunya belum selesai”, katanya dengan mata masih menatap layar tv.
“Kasihan Caspernya mas, Caspernya juga sudah ngantuk, mau bobok”, kataku menjelaskan.
Hmm, Thole tampak mengerutkan alisnya. Sepertinya sedang berfikir. Bernegoisasi dengan pikirannya.
“Gendong bapak!. Bobok!”, tiba-tiba Thole minta gendong,.
“Iya, tapi TV siapa yang matiin yah? Bapak saja ah”, kataku.
“Tidak-tidak, aku saja!”, katanya lagsung berdiri memencet tombol TV dan DVD.
Thole ini memang lelaki sejati, gampang panas dengan kompetisi. Jadi kalau menyuruh-nyuruh paling enak, tinggal perintahnya di rubah menjadi suatu perlombaan. Apalagi kalau bersaing dengan bapaknya, Walau cuman urusan siapa yang memencet tombol. Thole tidak mau kalah. Heheheh.
“BRUG!”
Thole menghempaskan tubuhnya ke pelukannya. Aku sejenak meninggalkan layar PC dengan tulisan yang belum di publish. Aku angkat thole, HUP. Makin berat saja anakku ini…
“Hmm, sebentar lagi aja publishnya. Paling bentar lagi thole tidur”, bathinku dalam hati sambil menggendongnya masuk ke kamar.
…
“Jangan madep sana bapak!”, kata thole sambil perintah-perintah.
“Madep aku saja, dedek jangan di ganggu!”, katanya galak.
Siapa yang ganggu? Padahal dia aja sendiri yang mau di kelonin sendirian. Nggak boleh bapaknya kelonin dedeknya.
“Cerita bapak! Cerita!”, perintah thole lagi.
“Cerita apa mas?”.
“Itu, buku yang itu!”, kata thole menunjuk dari kasur ke arah tumpukan buku-buku thole yang berserakan di buffet dandan istriku.
Aku ambil buku tentang anatomi tubuh.
“Makanan masuk melalui mulut, dikunyah dengan gigi. Dicampur enzim… bla..bla…bla”, ceritaku memulai.
“Kok lehernya lubangnya dua bapak?”, tanya thole melihat sambil melihat gambar.
Hah, aku jadi binggung. Mosok di leher ada 2 lubang. Ada 2 pipa? Ups! Bener neh, ada dua saluran. Buseet. Malah tanya-tanya lagi si Thole. Kapan tidurnya? Aku jadi makin pusing di tanyain begitu. Udah lewatin saja pertannyaannya. Pas!
“Makanan yang masuk lewat kerongkongan menuju lambung….”
“Lambung tempatnya dimana bapak!”, tiba-tiba thole menyela.
Waduh, aku saja juga nggak ngerti. Dimana yah? Diperut kali yah? Kan kalau laper yang terasa di perut. Ini Thole juga ngapain tanya-tanya. Yang nggak bisa bapakknya jawab lagi. Maklum lulusan STM, nggak kenal Biologi.
“Nggak tahu mas, nanti bapak tanyain ke pak dokter yah”, jawabku menyerah.
Thole diam saja.
“Lalu makanan dari lambung masuk ke usus duabelas jari…”
“Kok duabelas bapak! Kenapa namanya duabelas jari? Jari kan cuman sepuluh?!”, tanya thole.
Waaadddoooooh! Ya nggak ngerti to mas. Bapak kan bacain doang. Jadi mulai kelabakan neh, kapan bisa publish artikelnya? Harus cari cara biar thole cepet tidur neh..
“Hmm, mas, ganti buku yang lain yah?”, kataku.
“Iya bapak, buku apa bapak?!”katanya sambil tiduran tapi matanya tetep melek.
Aku beranjak dari tempat tidur dan mengambil sebuah buku kecil di rak koleksi buku keluarga. Aku yakin dengan buku itu pasti thole cepat tidur. Wong bapaknya juga pasti ngantuk dengan buku itu.
Aku kembali masuk kedalam kamar dan merebahkan diri di samping thole.
“Buku apa itu Bapak?”, tanyanya
“oh, ini cerita tentang angka”, jawabku.
“Oh angka? Aku sukaaaa angka! One, two, three… Wahidun, Isnaini, salasatun… bla-bla-bla….”, katanya sambil menyebutkan angka-angka yang di kenalnya.
“Hmm, pada suatu hari pak Aljabar menderetkan angka-angkanya”, kataku memulai.
“r + 3 = 10”
“r + 3 - 3 = 10 - 3 (sama sama dikurangi dengan bilangan yang sama yaitu 3)”
“r = 7”
Hmm, masih memincingkan matanya saja si thole ini.. tambah ah…
“3p = 12”
“3p / 3 = 12/3 (sama-sama dibagi dengan bilangan yang sama yaitu 3)”
“p = 4”
tambahin lagi…
“5v - 7 > 23”
“5v - 7 + 7 > 23 + 7”
“5v / 5 > 30 / 5”
“v > 6”
lalu…
“-2a < 10”
“-2a / -2 > 10 / -2”
“a > -5”
Hahahah, aku melirik, thole mulai terkantuk-kantuk. Sepertinya buku kumpulan rumus matematika untuk SMU berkerja dengan efektif. Dasyat bener. Biar tambah pules tidurnya, aku buka lembaran tentang trigonometri.
“Suatu hari, pak Trigonometri berjalan jalan di tengah lapangan, di lapangan beliau bertemu dengan orang-orang yang sedang ribut masalah pembagian warisan tanah yang berbentuk segitiga. Pak trigonometri datang dan mencoba menengahi mereka dengan memberikan deretan angka-angka yaitu…”, kataku mulai berimprovosasi.
Thole sudah tertidur, tapi belum pules….
“sin(a + b) = sin a cos b + cos a sin b” ”cos(a + b) = cos a cos b - sin a sin b” ”tg(a + b ) = tg a + tg b” ”1 - tg2a “
“sin(a + b) = sin a cos b + cos a sin b” ”cos(a + b) = cos a cos b - sin a sin b” ”tg(a + b ) = tg a + tg b” ”1 - tg2a”
Aduh, kok mataku juga ikut-ikutan terasa berat yah?...
“Sin 2 a = 2 Sin a . cos a”
“Sin 3 a = -4 Sin3 a + 3 Sin a”
“Cos 2 a = Cos2 a – Sin2 a”
“Cos 2 a = 1 – 2 Sin2 a”
“Cos 2 a = 2 Cos2 a – 1”
“Cos 3a = 4 Cos3 a – 3 Cos a”
Baru mau masuk tangen…
..zzzz…zzzzz…ZZZZZ!
……………
“Bapak..!”, suara istriku tiba-tiba mengagetkanku.
“Gimana sih? Tidur kok komputernya di hidupin. Boros listrik pak!”, kata istriku sambil mengendong dedek yang terbangun karena lapar.
Aku beranjak dari kasur dan menuju komputer yang masih nyala. Aku melihat jam sudah pukul 01.00 dini hari. Hmm, draft artikelku ternyata masih ada. Padahal biasanya kalau lupa di save, kadang komputernya mati sendiri. Hilang deh semua tulisan. Tapi kali ini aku masih beruntung. Aku copy artikel dari microsoft word itu dan aku pastekan ke situs pertemanan itu.
Istriku masuk ke kamar menidurkan dedek.
Artikelku akhirnya terpublish juga, aku bisa bernafas lega. Memang kalau punya tulisan tapi belum terpublish bikin badan rasanya tidak karuan.
Hmm, BB berbunyi, tanda ada email notofikasi kalau artikelku ada yang komen.
“HAHAHAHA”, tawaku keras membaca komen yang pertama.
“HOHOHOHO”, aku tertawa lagi sambil membalas komen.
“HEHEHEHE”, lucu sekali komen-komen mereka.
BRAK!
Suara pintu dibuka keras. Ups! Istriku melotot.
“Ketawa nya jangan keras-keras pak! Dedek bangun lagi tuh!”, sewot istriku yang dari pintu kamar yang di buka.
“Iya buk… heheh, maaf buk, maaf!
Heheheh
[Bekasi 2 April 2010] KELUARGA
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI