Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Humaniora Soetiyastoko | Panduan Mengelola Keuangan Rumah Tangga Penghasilan Rp. 4.000.000,-

Diperbarui: 23 September 2025   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tata Kelola yang benar, adalah kunci keselarasan dam keberhasilan bidang apapun, termasuk keuangan keluarga.  Dok.Pri.

Humaniora  |  Panduan Mengelola Keuangan Rumah Tangga Berpenghasilan Rp 4.000.000

Oleh: DikToko
(Soetiyastoko)

Ada seloroh yang terdengar lucu namun konyol, "mengatur dan mengendalikan keuangan itu gampang, apalagi kalau uangnya tidak ada. Cuma ada di angan-angan."

Sementara fakta di lapangan, amat banyak orang yang pendapatannya sebatas "upah minimum regional" atau UMR, yang *tetap mampu bertahan hidup* meski dalam keterbatasan.

Kata kuncinya adalah pada pengendalian konsumsi, dengan menetapkan "alokasi" dana belanja kebutuhan hidup minimal dan tetap menyisihkan dana tabungan serta dana kondisi darurat. Meski total dananya sebatas pendapatan UMR.

Benar, kemampuan "alokasi" dana yang bijak harus dikuasai dan dilakukan setiap orang, demi dirinya sendiri. Pengertian alokasi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu penentuan banyaknya uang (biaya) yang disediakan untuk suatu keperluan.

*Tantangan dan Prinsip Dasar*

Mengelola pendapatan Rp 4.000.000 per bulan untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang membutuhkan perencanaan yang sangat disiplin.

Dengan kondisi: masak sendiri, tidak konsumsi daging sapi, harus menyekolahkan 3 anak di sekolah gratis, tidak ada uang jajan, serta adanya kewajiban membayar sewa rumah, listrik, BPJS, transportasi, dan menabung, maka prinsip utamanya adalah FOKUS PADA KEBUTUHAN POKOK.

Kita paham, di masa kini tawaran-tawaran untuk membeli berbagai ragam barang langsung hadir di layar gawai dan "menggoda iman" untuk berbelanja alias membeli, hanya dengan beberapa "klik".

Tanpa disadari, tawaran belanja online telah menjadi "rayap" terhadap kesehatan keuangan setiap pribadi dan keluarga. Ibarat mengemudikan kendaraan, tawaran atau iklan di gawai membuat kita fokus pada satu titik, sehingga tanpa sadar mengabaikan seluruh kondisi di sekitar kita. Kondisi ini mengancam diri sendiri. Hal yang demikian bisa terjadi dalam membelanjakan uang, berakibat berkurangnya bahkan defisitnya uang belanja untuk hal-hal yang pokok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline