Lihat ke Halaman Asli

Soedarso Saja

Penulis Lepas, freelancer ...

PSBB dan Perang Total Melawan Pandemi Covid 19*

Diperbarui: 29 Mei 2020   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam membendung Pandemi Covid 19,  Indonesia memutuskan untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020, yakni aturan untuk percepatan penanganan coronavirus disease (Covid-19). Sampai 26 April lalu, sudah beberapa daerah (provinsi dan Kabupaten Kota), telah menerapkan PSBB ini sebagai strategi dalam memerangi pandemic Covid 19.

PSBB boleh jadi pilihan berbeda dengan yang dipilih negara-negara lain dalam menghadapi pandemic Covid 19. Tapi sebagai sebuah strategi, bagaimana letak PSBB dalam perspektif perang total memerangi pandemi Covid 19? Bagaimana sebenarnya landscape pandemic Covid 19 dan cara meresponnya. Mengapa menghadapi pandemic Covid 19 ini layak diperlakukan sebagai perang? Apakah PSBB sebagai salah satu strategi dalam memerangi pandemic Covid 19 ini sudah cukup efektif?  Artikel ini akan menulis tentang landscape pandemi Covid 19, dan  strategi memerangi pandemic Covid 19.

Analogi Perang

Suatu kenyataan , pandemic Covid 19 telah menyerang hampir 3,2 juta orang di seluruh dunia, dengan 217.000 an meninggal dunia alias tidak terselamatkan. Memang pandemic Covid 19 ini  adalah musuh dasyat yang kurang atau tepatnya belum bisa dipahami , berpotensi adaptif, sehingga sulit untuk dihadapi. Para ahli menyebut ini bukan saja krisis, bahkan menganalogikan pandemic Covid 19 ini sebagai perang. Brook Manville, konsultan tentang strategi dan organisasi, pada awal April 2020 menulis di Forbes.com (Are We Really Fighting Coronavirus 'Like A War'?) menganalogikan bahwa memerangi Covid 19 ini harus "seperti perang nyata".

Dengan analogi seperti itu setidaknya ada tujuh pemikiran untuk merealisasikan, yaitu: Pertama, Perang berarti semua orang menerima pengorbanan nyata. Mengutip Seorang Jenderal Veteran Perang, Brook Manville berpendapat bahwa belum benar-benar melakukan ini sejak Perang Dunia II --- melepaskan sejumlah kebebasan, uang, dan orang-orang yang rela mati untuk tujuan itu. Kedua, Mengembangkan dan menyetujui strategi yang bebas dari politik. Sudah menjadi sifat demokrasi untuk mendorong debat, tetapi di luar titik tertentu, itu kontraproduktif. Karena itu perlu bersatu dalam beberapa keputusan nasional sekarang dalam situasi ini.

Ketiga, Strateginya harus "menyeluruh". Menyeluruh berarti harus berhenti memisahkan pertempuran virus dari pertempuran ekonomi , karena  keduanya terkait erat, keduanya bagian dari perang yang sama. Oleh karena itu perlu mengumpulkan dan menyelaraskan setiap sumber daya yang dibutuhkan, dari semua sektor, dan memanfaatkan semua bakat dan kemampuan yang ada, secara  bersama-sama, dengan cara terpadu, dan  harus sepenuhnya berkomitmen untuk menang, apa pun yang diperlukan.

Keempat,  para pemimpin pusat harus mengambil pandangan yang lebih luas. Disini ada kutipan terkenal Ben Franklin tentang "menggantung bersama atau menggantung secara terpisah." Jadi Kita tidak bisa melawan perang ini sebagai provinsi-provinsi, dan kabupaten / kota yang berbeda. Pemerintah Pusat harus menjadi lebih besar dan lebih visioner, berkoordinasi, tetapi tanpa pengelolaan mikro.

Kelima,  Dalam perang, para pemimpin harus saling menghormati, untuk para pengikut dan mitra. Baik di tingkat lokal, provinsi / kabupaten --kota atau Pemerintah Pusat , para pemimpin harus terus-menerus menunjukkan nilai-nilai kritis tertentu, untuk menyatukan upaya. Nilai-nilai itu antara lain integritas dan terus terang. Jadi orang mengembangkan kepercayaan untuk bergabung. Yang paling penting, para pemimpin harus menunjukkan bahwa mereka menempatkan hati mereka dalam pertarungan do-or-die.

Keenam,  Menggeser pesan ke narasi berbasis tantangan dari strategi yang sedang berlangsung. Strategi dalam perang yang kompleks selalu berkembang. Tetapi harus ditekankan bahwa mengharuskan untuk tetap fokus pada mengomunikasikan gambaran besar. Orang-orang ingin tahu bukan hanya prestasi kemarin, tetapi tantangan apa yang ada di depan, dan apa yang akan dilakukan untuk memenuhi tantangan itu. Pelaporan berwawasan ke depan, berdasarkan fakta tetapi tidak berlapis untuk memotivasi orang, sehingga semua merasakan benar-benar sedang berperang dan terkoordinasi sedang berlangsung. Jadi tidak menciptakan harapan palsu.

Ketujuh,  Strategi terbaik untuk perang coronavirus akan membangun jaringan pembelajaran dan tindakan yang luas. Jenis jaringan yang terbangun adalah jaringan  pembelajaran lintas batas, lincah dan berkelanjutan yang akan sesuai dengan perang coronavirus.

Analanogi bahwa pandemic Covid 19 ini sebagai perang  muncul dari Tom Latkovic; Leah Pollack; dan Jordan VanLare, MD. Dalam tulisan hasil risetnya yang dipublikasikan di McKinsey.Com ,"Winning the (local) COVID-19 war ", Tom Latkovic dkk menyebut memerangi COVID-19 jauh lebih analog dengan berperang setidaknya dalam empat cara, yaitu pertama , waktu akhir yang tak terbatas. Semacam ada konsensus para ahli epidemiologi bahwa pandemic ini akan berlangsung lama ; kedua, teater yang berbeda. Mengingat setiap wilayah/ komunitas memiliki ukuran luas bervariasi, kecanggihan sistem kesehatan, sumber daya, dan komposisi ekonomi, waktu dan pelaksanaan strategi yang dikenal akan sangat bervariasi  ; ketiga, relevansi logistik operasional. Dalam perang atau kampanye, kemenangan sangat ditentukan oleh keterdiaan logistik dan ;keempat, adaptasi. Seperti dalam perang apapun, berbagai perkembangan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dapat berkembang. Situasi dapat berubah berdasarkan mutasi virus, kejadian eksogen, inovasi, dan keadaan yang tidak terduga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline