Lihat ke Halaman Asli

Siti Nazarotin

TERVERIFIKASI

Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Feisha dan Kawan-Kawan Ikuti Festival Macan Alas Kidul di Kabupaten Blitar

Diperbarui: 21 September 2019   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pri


Feisha dan Kawan-Kawan Ikuti Festival Macan Alas Kidul Dengan Judul Rampokan Macan Berkolaborasi Dengan Ratusan Seniman Di Kabupaten Blitar

Hari ini, Sabtu 21/09/2019 Jagat Seni Blitar hadirkan Festival Macan Alas Kidul dengan judul Rampokan Macan yang melibatkan ratusan penari dari beberapa sanggar yang ada di wilayah Kabupaten Blitar

Pagi tadi Bu Nanik, mamanya Feisha, siswi kami, memberikan undangan dan surat dispensasi ke sekolah.
Saat membaca undangan yang ditujukan kepada kepala sekolahku tadi pagi, aku jadi penasaran. Apa sih yang dinamakan Rampokan Macan? Maklumlah aku juga belum tahu tentang tradisi yang satu ini.

Sempat bertanya kepada salah satu wali murid yang kebetulan juga salah satu dari guru di lembaga kami, karena dari  lima siswi kami yang ikut terlibat pada festival tersebut adalah putrinya.

Siswi kami antara lain Feisha, Cinta, Ticka, Ellen dan Dara kebetulan belajar tari pada sanggar Sakanti yang latihannya bertempat di Balai Desa Gogodeso Kanigoro.

Malam ini mereka tampil dalam satu panggung kolosal dengan berbagai genre musik dan  tarian. Baik tarian tradisional maupun modern ataupun campuran, semua menyatu  dalam kemasan teatrikal yang berjudul Rampokan Macan

Tari Emprak/dok.pri


Perlu diketahui, Rampokan Macan adalah tradisi kolosal masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke-17 di wilayah kekuasaan Mataram, pada  pemerintahan raja Amangkurat II. Sebagian ada yang percaya bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak masa Kerajaan Singasari.

Di Blitar, Rampokan Macan diselenggarakan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan maupun para pejabat dari Belanda, sehingga secara tersirat kegiatan ini ditujukan untuk memperlihatkan bahwa kekuatan rakyat dapat mengalahkan kekuasaan para penjajah yang dilambangkan dalam bentuk Macan. (Malik Naharul/19/09/2019)

Feisha dan kawan-kawan menampilkan tarian "Gugur Gunung" bersama ke 9 temannya yang sama-sama belajar di Sanggar Sakanti Gogodeso.

Tari Gugur Gunung/dok.pri

"Gugur Gunung" sendiri mempunyai makna yang sangat positif yakni menggambarkan masyarakat yang melakukan pekerjaan berat bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama pula. Tentunya hal ini mengandung nilai keikhlasan karena pekerjaan yang dilakukan tersebut tanpa adanya upah atau gaji. Merupakan salah satu kearifan lokal yang harus terus dilestarikan.
Ada banyak jenis tarian dan judul yang dibawakan selain Gugur Gunung. Seperti Tari Emprak, Tari Gambyong dan lain-lain.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline