Lihat ke Halaman Asli

Silvia Fibrianti

Hamba Allah SWT

Ghost Workers di Balik AI: Siapa yang Sebenarnya Mendidik Mesin-Mesin ini?

Diperbarui: 20 April 2025   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi Ghost Workers (Sumber: Canva)

Kita hidup di era di mana teknologi bisa berbicara layaknya manusia, mengenali wajah dalam hitungan detik, dan bahkan menjawab pertanyaan eksistensial dengan percaya diri. Namun, pernahkah kita bertanya: siapa yang sebenarnya mendidik mesin-mesin ini?

Bukan semata insinyur di Silicon Valley. Jawaban sebenarnya justru datang dari pekerja-pekerja anonim yang tersembunyi di balik layar. Mereka disebut ghost workers, para pekerja bayangan yang berjasa besar dalam membentuk kecerdasan buatan (AI), tetapi nyaris tak pernah disebut namanya.

Apa Itu Ghost Work?

Istilah ghost work pertama kali dipopulerkan oleh Mary L. Gray dan Siddharth Suri dalam buku Ghost Work: How to Stop Silicon Valley from Building a New Global Underclass. Ghost work merujuk pada jenis pekerjaan digital yang bersifat mikro: melabeli gambar, mengkategorikan teks, membersihkan data, hingga menyaring ujaran kebencian.

Tugas-tugas kecil ini sangat krusial karena menjadi "makanan" utama bagi mesin untuk belajar. Tanpa input dari manusia, AI hanyalah rangkaian algoritma tanpa pemahaman kontekstual.

Namun ironisnya, para pelaku ghost work sering kali dianggap bukan bagian dari industri teknologi. Mereka disebut kontributor lepas, pengguna platform, atau bahkan tak diberi identitas sama sekali.

Ketika Dunia Tak Melihat

Sebuah investigasi oleh Time pada 2023 mengungkap bahwa OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT mengontrak pekerja asal Kenya untuk menyaring konten berbahaya dari data pelatihan. Mereka dibayar di bawah $2 per jam untuk tugas yang melibatkan paparan pada konten ekstrem seperti kekerasan, pelecehan seksual, dan ujaran kebencian. (time.com)

Di Venezuela, pekerja seperti Oskarina Fuentes mengandalkan pekerjaan anotasi data untuk bertahan hidup di tengah krisis ekonomi. Meski begitu, bayaran yang diterima sering kali hanya dalam hitungan sen per tugas. (wired.com)

Sementara di Madagaskar, studi terbaru dari Le Monde menyoroti ketimpangan yang terjadi: meskipun ghost workers memegang peranan vital, mereka tetap hidup dalam ketidakpastian ekonomi dan tanpa perlindungan hukum. (lemonde.fr)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline