Lihat ke Halaman Asli

Siauw Joen Kiong

Pandita Buddha

Seni Menikmati Saat Menunggu

Diperbarui: 10 September 2025   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menunggu momen paling damai dalam hidupmu. 

Pernah nggak sih kamu merasa kesal gara-gara harus menunggu?Nunggu pesanan makanan online yang nggak sampai-sampai, nunggu balasan chat yang cuma dibaca doang, atau nunggu dosen bales email revisi skripsi?
Seolah-olah waktu berhenti. Satu menit jadi terasa sepuluh menit. Rasanya gregetan banget kan?

Tapi coba kita tanya diri sendiri: sebenarnya apa sih "menunggu" itu?
Kalau duduk ya duduk, berdiri ya berdiri, rebahan ya rebahan. Tapi kalau "menunggu"... seolah ada rasa lain yang nyelip: gelisah, penasaran, pengen cepat-cepat.

Kenapa begitu?
Karena ketika menunggu, pikiran kita biasanya lari ke masa depan. Kita nggak ada di "sini" lagi, melainkan sibuk mikirin "nanti". Dan di situlah muncul rasa tegang, nggak sabar, bahkan frustasi.

Padahal, sebenarnya kita punya pilihan:
Alih-alih menjadikan menunggu sebagai penyiksaan, kenapa nggak menjadikannya sebagai kesempatan?

Bayangkan begini: waktu kamu lagi stuck di lampu merah, kamu bisa pilih antara:

Menggerutu, lihat jam terus, dan berharap lampu cepat hijau, atau

Menarik napas dalam, merasakan hembusan udara, menikmati lagu yang lagi diputar, dan sadar bahwa detik ini juga adalah hidupmu.

Lucunya, kalau kita sadar penuh sama momen "menunggu", rasanya jadi lebih ringan. Bahkan, bisa jadi menyenangkan.

Jadi, mulai sekarang...

Lagi nunggu teman yang telat? Manfaatkan buat refleksi diri sebentar.

Lagi nunggu antrian panjang? Coba rasakan langkah napasmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline