Lihat ke Halaman Asli

Servinus Bidangan

Literasi Fiksi/nonfiksi

Energi 1/2 Anugerah dan 1/2 Kutukan

Diperbarui: 27 Februari 2021   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc: Makassar, 2018

Suatu pembangunan yang berkesinambungan sangat membutuhkan pembiayaan yang sangat besar, dan juga memerlukan tenaga,pikiran, hingga moral yang mumpuni dalam pelaksanaanya. Mental dan karakter suatu bangsa dapat terlihat pada aspek pembangunan mereka. Karena melalui pembangunan, suatu bangsa akan menghadapi berbagai persoalan dan tantangan.

Bangsa jepang yang menderita karena kekalahan perang mereka telah mengajarkan bagaimana cara untuk bangkit dari kekalahan itu tanpa harus ada kata balas dendam. Mental dan karakter bangsa mereka benar-benar terwujud dalam landscape pembangunan negara mereka, tanpa ada upaya untuk menanamkan nilai-nilai prinsip yang sebenarnya justru itu hadir karena adanya kebiasaan untuk berkorban bagi bangsa dan negara mereka, tanpa harus meresa bahwa dengan berkorban, mereka akan mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri, pengorbanan hari ini adalah kenikmatan untuk generasi mendatang, dan hasilnya begitu sangat terasa bagi bangsa mereka saat ini.

Lalu bagaimana dengan indonesia ?

Bangsa indonesia jika kita flashback melihat dan membaca sejarah, begitu banyak tokoh bapak bangsa yang berkorban dalam banyak hal untuk membangun mental dan karakter bangsa kita dalam menemukan jati diri kebangsaannya. Bahkan, The founding fathers kita mengajarkan untuk tidak membenci para penjajah yang telah menjajah kita, justru menyuruh kita untuk pergi dan belajar dari mereka. Melalui pemikiran, visi dan intelektualitas mereka melakukan berbagai upaya untuk membangun manusia-manusia yang cinta terhadap bangsanya sendiri lebih dari pada mencintai dirinya secara pribadi, atau dalam arti yang sederhana kita mengenalnya dengan istilah pengorbanan. Tidak ada perubahan tanpa pengorbanan. Itu kalimat paling sakti dalam membius pemikiran kita.

Masalah pada bangsa kita yang belum terbangun secara menyeluruh dalam setiap pembangunan adalah benar-benar anti terhadap KKN, negara kita bukanlah negara yang tidak mampu membiayai pembangunannya sendiri, hanya saja kita belum benar-benar anti terhadap korupsi, mental dan karakter kita masih akrab dengan godaan untuk itu. Padahal jika kita sudah melampaui arti dari sebuah pengorbanan, maka pengorbanan itu benar-benar membawa perubahan. Ada value yang tak ternilai oleh materi, dan bersifat abadi dalam satuan waktu yang terus bergerak maju hingga lintas generasi. Semoga generasi yang akan datang melihat serius akan hal itu, dan berusaha memahaminya lebih mendalam, lebih dalam dari dua samudera yang mengapit negara kita accordance by geographic position. Karena generasi saat ini, masih sulit untuk membuat mereka paham akan hal itu, terutama mereka yang sedang mengemban amanah. Loyalitas dan kesetiaan.

Energi 1/2 Anugerah dan 1/2 Kutukan

Energi dalam bentuk sumber daya adalah separuh anugerah dan separuhnya lagi merupakan kutukan. Semakin suatu tempat di planet bumi kita ini memiliki sumber daya, apa lagi energi, maka semakin semua manusia akan meliriknya dan menganggapnya cantik. Seperti sesosok gadis cantik yang sangat mengundang mata untuk menatapnya, hingga segala bentuk upaya dilakukan untuk meraih dan mendapatkannya. Walau itu hanya sebuah analogi tetapi dalam kenyataannya memang seperti itu. Sumber daya dapat menarik dan memotivasi manusia untuk memilikinya. Begitupun dengan indonesia, dalam sejarahnya, bagaimana bangsa kita melewati segala bentuk motivasi bangsa lain untuk mendapatkan sumber daya dalam bentuk banyak hal, secara de facto dan de jure bangsa kita mampu melewati semua itu. Walaupun saat ini, motivasi bangsa lain tidak dalam bentuk penjajahan secara fisik, tetapi dalam bentuk yang lebih canggih lagi, dan semua itu menghiasi hari-hari kita melalui era pembangunan ini.

Energi dalam bentuk sumber daya adalah anugerah yang secara gratis bumi kita memberikannya dengan cuma-cuma. Untuk mendapatkannya, tentu harus ada pemikiran dan biaya yang tidak sedikit. Dan dibalik semua itu, ada bentuk ketenangan jiwa dalam memahami masalah energi, yang begitu besarnya hingga melampaui energi itu sendiri dalam kerangka atau abstraksi filosofi, sering disebut oleh kalangan akademis dengan istilah ataraxia.

Dalam mengelola sumber energi, diperlukan ketenangan, tidak tergesa-gesa oleh karena dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk memahami energi bukan hanya cara untuk menggunakan dan menikmatinya tetapi bagaimana mempertahankan dan menjaga keberlangsungannya. Kita tentu ingin sumber energi kita akan abadi dan tak lekang oleh waktu, tetapi itu akan sangat sulit jika kita saat ini sangat boros dalam menggunakan dan menikmatinya.

Konsep Energi terbarukan yang berkesinambungan dan membentuk sebuah sirkulasi yang mampu mengimbangi kerusakan yang ditimbulkan oleh karena pemanfaatannya, tentu itu sangat perlu untuk terus dikampanyekan dan digaungkan seperti Gong yang bergema menembus setiap dinding yang mengahalangi kecepatan suara dalam berinteraksi dengan gendang telinga kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline