Dewasa ini, pangan tidak hanya dituntut memiliki cita rasa yang enak, tetapi juga mampu memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat, muncul konsep pangan fungsional sebagai inovasi yang menjembatani antara pemenuhan kebutuhan gizi dan upaya perlindungan kesehatan. Pangan fungsional merupakan jenis makanan yang tidak hanya menyediakan zat gizi dasar, tetapi juga mengandung komponen bioaktif yang memberikan manfaat fisiologis tambahan. Manfaat tersebut mencakup peningkatan sistem imun, penurunan risiko penyakit kronis, serta dukungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Sari et al., 2023).
Food As Madicine (Sumber: northstarhomestead.com)
Slogan terkenal Hippocrates, "Let your food be your medicine and your medicine be your food", mengandung pesan bahwa makanan berpotensi menjadi obat, dalam arti mampu mencegah penyakit atau memberikan fungsi kesehatan tertentu. Konsumsi pangan fungsional seperti probiotik, prebiotik, dan sinbiotik terbukti dapat membantu menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama bila dikonsumsi secara konsisten sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
Dalam konteks ini, produk perikanan menjadi salah satu kandidat unggulan dalam pengembangan pangan fungsional. Hal ini karena produk hasil perairan mengandung protein berkualitas tinggi, asam lemak omega-3, peptida bioaktif, serta senyawa antioksidan alami. Komponen-komponen tersebut telah terbukti berperan dalam menjaga kesehatan kardiovaskular, mendukung fungsi otak, hingga menghambat proses penuaan dini (Utama et al., 2020). Namun demikian, tantangan utama saat ini adalah bagaimana mengolah dan memanfaatkan potensi tersebut menjadi produk siap saji yang mudah diakses oleh masyarakat luas, terutama di wilayah dengan tingkat kerentanan pangan dan gizi yang tinggi.
Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan dalam hal ketahanan pangan dan status gizi masyarakat. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023, prevalensi stunting anak balita berada di angka 21,6%, sementara prevalensi wasting dan underweight masing-masing sebesar 7,7% dan 16%. Kondisi ini mencerminkan kebutuhan mendesak akan intervensi yang bersifat komprehensif, termasuk melalui pendekatan berbasis inovasi pangan lokal.
Salah satu pendekatan yang relevan adalah pengembangan pangan fungsional berbasis hasil perikanan. Sumber daya laut Indonesia sangat melimpah, tetapi belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2024), produksi perikanan tangkap dan budidaya nasional mencapai lebih dari 24 juta ton per tahun, tetapi sebagian besar masih dijual dalam bentuk mentah atau setengah jadi. Padahal, pengolahan lebih lanjut menjadi produk fungsional siap saji bisa memberikan nilai tambah secara ekonomi, gizi, dan kesehatan.
Produk perairan tidak hanya unggul dari sisi kandungan protein dan lemak sehat, tetapi juga mengandung berbagai senyawa bioaktif yang penting untuk fungsi tubuh. Beberapa komponen penting tersebut antara lain:
- Asam lemak omega-3 (EPA dan DHA)
Asam eikosapentanoat (EPA) dan dokosaheksanoat (DHA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang yang banyak terdapat dalam ikan laut. Komponen ini berperan penting dalam menjaga kesehatan otak, sistem kardiovaskular, dan memiliki efek antiinflamasi yang kuat. Omega-3 juga mendukung perkembangan otak anak dan mencegah penyakit kronis seperti jantung koroner. - Asam amino esensial dan non-esensial
Protein ikan mengandung profil asam amino yang lengkap, termasuk asam amino esensial seperti leusin, lisin, dan triptofan yang penting untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan, dan fungsi imun. Sementara itu, asam amino non-esensial seperti glutamat dan asam aspartat berperan dalam metabolisme energi dan neurotransmisi. Kombinasi asam amino ini mendukung daya cerna tinggi dan pemanfaatan gizi secara optimal. - Peptida bioaktif
Merupakan hasil dari hidrolisis protein ikan yang dapat menunjukkan berbagai aktivitas fisiologis, seperti antihipertensi (menghambat enzim ACE), antioksidan, antidiabetik, antimikroba, dan imunomodulator. Peptida ini potensial sebagai bahan dasar suplemen dan makanan fungsional. - Senyawa Fenolik
Termasuk di dalamnya adalah flavonoid, tanin, dan berbagai turunan lainnya yang berperan sebagai antioksidan alami. Senyawa ini banyak ditemukan dalam tanaman atau biota perairan seperti alga dan rumput laut, dan memiliki kemampuan dalam menangkal radikal bebas serta mencegah kerusakan sel. - Karnosin dan anserin
Keduanya adalah dipeptida alami yang banyak ditemukan pada jaringan otot ikan. Mereka bertindak sebagai antioksidan endogen yang membantu menangkal stres oksidatif, memperlambat proses penuaan (anti-aging), dan menjaga keseimbangan pH otot. Di otak, karnosin juga bersifat neuroprotektif, membantu menjaga fungsi kognitif dan sistem saraf. - Vitamin D dan B12
Vitamin D pada ikan berperan dalam regulasi metabolisme kalsium dan kesehatan tulang, sedangkan vitamin B12 sangat penting untuk fungsi sistem saraf, pembentukan sel darah merah, dan metabolisme energi. Kekurangan kedua vitamin ini sering dikaitkan dengan kelelahan kronis, anemia, dan gangguan saraf. - Astaxanthin
Pigmen merah alami yang terdapat pada ikan berlemak dan krustasea seperti udang dan kepiting. Astaxanthin dikenal sebagai salah satu antioksidan terkuat, dengan kemampuan tinggi dalam melindungi sel dari kerusakan oksidatif, mendukung kesehatan kulit dan mata, serta menjaga daya tahan tubuh.
Komponen-komponen tersebut menjadikan produk perikanan sangat potensial dikembangkan sebagai bahan dasar pangan fungsional yang tidak hanya menunjang kebutuhan energi, tetapi juga menunjang kesehatan secara holistik. Kehidupan modern yang serba cepat membuat masyarakat cenderung mencari makanan praktis namun tetap sehat. Di sinilah peran produk siap saji berbasis hasil perikanan menjadi sangat strategis. Beberapa bentuk inovasi yang bisa dikembangkan antara lain:
- Abon ikan omega-3: produk serbuk daging ikan yang kaya omega-3 dan praktis disajikan.
- Bakso ikan dengan tambahan serat pangan dan probiotik: dapat membantu kesehatan pencernaan dan menurunkan kolesterol.
- Nugget ikan fortifikasi zat besi: untuk mencegah anemia pada anak-anak dan remaja.
- Ikan Kaleng fungsional: pengalengan ikan dengan penambahan rempah atau bahan antioksidan alami seperti kunyit atau jahe.
Provinsi Bangka Belitung memiliki potensi besar dalam inovasi produk perikanan, seperti pemanfaatan ikan tenggiri dan ikan mayung yang biasa diolah menjadi lempah kuning, kuliner khas daerah tersebut. Produk ini dapat dikembangkan menjadi lempah kuning instan atau dalam bentuk makanan kaleng, dengan tetap mempertahankan kandungan senyawa bioaktif seperti kurkumin dari rempah-rempah dan asam lemak omega-3 dari ikan. Selain memperpanjang masa simpan, inovasi ini juga mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan pangan cepat saji yang sehat dan bernilai fungsional.
Meski potensinya besar, pengembangan produk fungsional berbasis perikanan masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
- Kurangnya riset aplikatif dan kolaboratif antara akademisi, industri, dan pemerintah.
- Keterbatasan teknologi pengolahan dan fasilitas pascapanen di daerah pesisir.
- Rendahnya literasi masyarakat terhadap pangan fungsional dan manfaatnya.
- Kurangnya insentif dan regulasi yang mendukung hilirisasi produk hasil perikanan menjadi pangan fungsional.