Pemerintah Indonesia terus memperkuat kemitraan global untuk mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan ke-17 tentang Partnership for the Goals. Upaya ini dilakukan melalui inovasi pembiayaan berkelanjutan dan kerja sama teknologi yang dinilai menjadi kunci akselerasi pembangunan menuju agenda SDGs 2030.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan komitmen Indonesia dalam membangun tata kelola keuangan yang transparan dan ramah lingkungan.
Green Sukuk adalah instrumen keuangan inovatif kami yang tidak hanya menarik investasi hijau, tetapi juga merefleksikan komitmen Indonesia terhadap tata kelola keuangan yang berkelanjutan, ujar Sri Mulyani dalam keterangan tertulis.
Hingga 2022, Indonesia telah menerbitkan Green Sukuk senilai total USD 3,75 miliar. Dana tersebut dialokasikan untuk pembiayaan proyek-proyek strategis, seperti transportasi berkelanjutan, energi terbarukan, serta peningkatan ketahanan iklim. Data ini tercantum dalam Indonesia Green Bond and Green Sukuk Impact Report 2022 yang dirilis oleh Kementerian Keuangan.
Tantangan Pendanaan yang Masih Menganga
Meski langkah inovatif telah dilakukan, kesenjangan pendanaan masih menjadi tantangan besar. Laporan UNDP Indonesia (2021) memperkirakan kebutuhan total investasi untuk mencapai seluruh target SDGs mencapai USD 4,7 triliun hingga tahun 2030. Dari jumlah tersebut, masih terdapat funding gap sekitar USD 2,3 triliun.
Seorang pejabat Bappenas yang terlibat dalam koordinasi SDGs nasional menegaskan, pembiayaan sebesar itu tidak dapat mengandalkan APBN semata.
Kesenjangan ini tidak dapat ditutup oleh APBN saja. Kemitraan yang inklusif dengan sektor swasta dan lembaga internasional adalah suatu keharusan, ujarnya.
Kemitraan Teknologi dan Transisi Energi
Selain pembiayaan, Indonesia juga menjalin kemitraan internasional di bidang teknologi dan energi bersih. Salah satu terobosan penting adalah kesepakatan Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai USD 20 miliar, yang ditandatangani pada akhir 2022.
Menurut laporan International Institute for Sustainable Development (IISD), JETP bertujuan mempercepat penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara dan memperluas penggunaan energi terbarukan. Implementasi program ini dipandang sebagai langkah nyata Indonesia menuju ekonomi hijau yang berkeadilan.