Lihat ke Halaman Asli

Uka Whardhana

Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam

Open Minded

Diperbarui: 1 Agustus 2020   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : id.gofreedownload.net

Menjadi insan open minded memang tak mudah, tapi ada caranya. Bayangkan saja ketika kita di sodorkan bakso comberan yang kini sedang viral. Dari namanya saja membuat diri tidak mau memakannya juga karena kuah nya yang warna hitam layaknya air comberan yang hitam pekat, padahal seumur-umur belum pernah terdengar sebuah makanan yang namanya jorok seperti itu. Apakah kita akan menolak memakannya?

"jangan dulu".

Langkah pertama, baiknya coba rasakan dulu, jangan sampai bilang tidak sedap sebelum mencobanya. Kalau sudah menolaknya terlebih dahulu, bagaimana mungkin kita bisa tahu rasanya?

Kedua, seruput kuahnya menggunakan sendok kemudian makan baksonya kerahkan gigi untuk mengunyah, kecap menggunakan lidah. fungsinya untuk menyaring informasi, oh baksonya enak, ternyata warna hitam dari kuahnya itu berasal dari buah picung. Terakhir telan! Seperti itu agaknya analoginya.

Sama seperti menerima informasi baru. Jangan ditolak dulu, kunyah dulu, baru telan! Dijamin pikiran dan jalan menuju dunia yang luas ini akan terbuka lebar. Selamat makan!

Di era globalisasi kini begitu banyak berbagai macam pemikiran masuk berlalu lalang silih berganti di bumi manusia. Hingga memproduksi macam-macam model manusia yang beragam akan pemikiran, ucapan juga tindakan yang memiliki khasnya masing-masing.

Perihal globalisasi yang kian waktu makin marak besarnya, sehingga tidak ada kata bendung untuk menahan derasnya pemikiran-pemikiran yang tak elok itu. Sebagai pribumi tak ada cara lain untuk mem-filter segala macam pemikiran-pemikiran yang mengalir deras bak ombak yang menerjang karang.

Di tengah-tengah kehidupan yang seperti itu, tak sedikit orang yang masih saja berpikiran jumud tak membuka pikiran dengan segala tektek bengek yang ada pada era globalisasi. Seolah menganggap hal yang beraromakan globalisasi akan merusak idealismenya.

Seperti halnya analogi yang saya ungkapkan di atas perihal bakso comberan, mana mungkin kita bisa tahu rasanya jika tidak memakan juga menyeruputi kuahnya, perihal penilaian sedap tidaknya nanti di akhir kau putuskan untuk memilih dan mimilah, seperti itulah open minded, jangan terlebih dahulu menjustifikasi sebelum kau tahu bagaimana rasanya.

Sesering mungkin kita harus melihat dunia lebih jauh, berpikiran lebih luas, juga mengembara lebih dalam lagi. Agar kita takkan mudah menilai bahwa kejelekan akan selalu buruk dan benar-benar buruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline