Lihat ke Halaman Asli

Iya Oya

Laki-laki

"Kewolesan" Hidup

Diperbarui: 29 September 2018   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Karya Pribadi

Saprol terlihat murung pagi itu. Wajahnya sangat kontras dengan suasana pagi yang cerah. Secerah wajah seorang wanita yang selalu terlihat bahagia.

"Kau ini kenapa woi?" tanyaku heran.

"Aku lagi pusing tau..." jawab Saprol menampakkan wajah yang jelas sama sekali tak enak dilihat.

"Makanya, kau tuh jangan mikir terus. Ya lama-lama pusinglah. Otak ini juga bisa gempor. Jangan belagak jadi filsuf-lah, Prol."

Tapi Saprol diam saja. Mungkin karena terlalu malas meladeni aku.

"Aku ini justru lagi malas mikir," jawab Saprol tiba-tiba.

"Berarti hidupmu itu yang selalu kau bawa pusing," komentarku.

"Ah, nggak juga," sanggahnya.

Ini bukan kali pertama aku menemukan manusia dengan wajah yang tak sedap dipandang. Gemblung, seorang manusia langka yang hanya mandi seminggu sehari --itu pun kalau moodnya lagi bagus-- juga pernah mengalami hal serupa tapi tak sama. Sesuatu yang aneh, karena Gemblung termasuk orang yang enak hidupnya. Tapi kenapa Gemblung bisa sedemikian depresi saat itu?

Gemblung mengatakan kalau dia yakin setiap orang sebenarnya merasakan kedepresian.

"Mau miskin, mau kaya, sebenarnya kita pasti mengalami pergulatan mental. Itu bisa terjadi karena faktor eksternal dan internal," demikian Gemblung berteori di depan hidungku dengan aroma bau badan yang... wuaaaaahhhhh bikin speechless deeeh!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline