Jakarta -- Gubernur Jakarta Pramono Anung meresmikan pergantian nama Bank DKI menjadi Bank Jakarta pada 22 Juni 2025 yang lalu. Setelah berganti nama, Bank Jakarta kini tengah berada dalam momentum penting untuk berbenah.
Di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat akan layanan perbankan yang cepat, transparan, dan aman, Bank Jakarta berusaha memperbaiki diri agar menjadi pelopor bank daerah yang bersih, praktis, dan dipercaya.
Tidak dapat dipungkiri, sejumlah masalah masih kerap dirasakan oleh nasabah Bank Jakarta. Dari sisi teknis, persoalan seperti kartu ATM yang tertelan mesin, transaksi yang gagal diproses, hingga kendala login pada aplikasi mobile banking masih cukup sering terjadi.
Situasi ini menimbulkan keluhan, terlebih ketika menyangkut kebutuhan mendesak nasabah.
Di sisi lain, layanan pelanggan juga menjadi sorotan. Respons call center yang terkadang lambat membuat sebagian nasabah kurang puas.
Padahal, dalam era digital seperti sekarang, kecepatan layanan menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga loyalitas nasabah.
Ditambah lagi, meningkatnya modus penipuan perbankan lewat pesan singkat dan aplikasi pesan instan menuntut Bank Jakarta memperketat sistem keamanan serta memastikan edukasi yang lebih gencar kepada nasabah.
Permasalahan lain yang juga pernah mencoreng nama Bank Jakarta adalah kasus kredit macet yang menyeret nama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). Kredit senilai hampir Rp700 miliar yang seharusnya dipakai sebagai modal kerja justru disalahgunakan.
Dugaan pelanggaran prosedur dalam pemberian kredit ini berujung pada kerugian negara yang besar serta mencoreng citra bank daerah. Kasus tersebut menjadi alarm keras bahwa transparansi dan pengawasan internal perlu diperkuat agar kejadian serupa tidak terulang.
Meski menghadapi berbagai masalah, Bank Jakarta tetap menyimpan potensi besar.