Lihat ke Halaman Asli

Widodo Judarwanto

TERVERIFIKASI

Penulis Kesehatan

Keponakanku Cerdas Tapi Prestasi Sekolah Merosot, Ternyata Gangguan Konsentrasi dan Gut Brain Axis

Diperbarui: 13 Mei 2025   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi dan editing pribadi

Keponakan agak lain, saat balita diikenal sangat cerdas sejak dini tiba-tiba mengalami penurunan prestasi akademik secara drastis. Meskipun kemampuan memorinya luar biasa, anak ini mengalami kesulitan dalam belajar, kurang konsentrasi, dan menunjukkan perilaku hiperaktif di sekolah. Setelah pemeriksaan medis, ditemukan adanya gangguan konsentrasi yang berkaitan dengan gangguan pencernaan dan gut-brain axis. Perjalanan klinis keponakanku, tanda dan gejala yang muncul, serta hubungan antara alergi makanan, sistem pencernaan, dan fungsi otak. Penanganan melalui eliminasi makanan alergen secara medis menunjukkan hasil positif dalam perbaikan perilaku dan prestasi akademik anak.

Tidak semua anak berprestasi akademik tinggi harus selalu memiliki perjalanan belajar yang mulus. Dalam banyak kasus, anak-anak yang tampak sangat cerdas justru bisa mengalami hambatan belajar yang tidak terduga. Keponakan saya, seorang anak laki-laki yang sejak usia 5 tahun sudah mampu menghafal puluhan nama presiden dan ibu kota dunia, menjadi salah satu contohnya. Namun, prestasinya anjlok ketika duduk di kelas 3 SD, bahkan hampir tidak naik kelas.

Guru-gurunya mengakui bahwa anak ini sangat pintar, tetapi tidak fokus, suka berbicara di kelas, dan sulit duduk diam. Orang tua dan guru awalnya bingung hingga akhirnya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter. Ditemukan bahwa ia mengalami gangguan konsentrasi yang berkaitan dengan masalah pencernaan, gangguan tidur, dan gut-brain axis, yaitu hubungan antara usus dan otak yang memengaruhi emosi, perilaku, dan kemampuan belajar.

Keponakaknku Pintar, Tapi Prestasinya Merosot 

Dulu, keponakanku selalu menjadi pusat perhatian karena kecerdasannya yang luar biasa. Ia sering menunjukkan pengetahuan yang jauh melampaui usianya. Namun, perubahan mulai tampak saat memasuki kelas dua dan tiga SD. Ia mulai kehilangan minat belajar, dan nilainya mulai menurun secara signifikan.

Guru sempat mengira bahwa ini adalah akibat dari perubahan minat atau kebosanan di kelas. Namun, ketika diperhatikan lebih lanjut, ternyata anak ini tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik, sering melakukan kesalahan sepele, dan tidak mendengarkan instruksi secara utuh. Bahkan dalam ujian, ia sering salah menjawab soal yang sebenarnya sudah ia kuasai karena tidak teliti.

Kondisi ini mengejutkan keluarga dan guru karena sebelumnya tidak ada keluhan serupa. Keputusan untuk membawa anak ke dokter spesialis anak dengan pendekatan neuropsikiatri dan pencernaan menjadi titik balik penting. Hasilnya mengarah pada gangguan konsentrasi dengan faktor pendukung berupa gangguan gut-brain axis yang sangat memengaruhi konsemtrasi, gangguan tidur, anak sangat aktif, gangguan mood, emosi dan perilaku anak.

Tanda dan Gejala Gangguan Konsentrasi 

Gangguan konsentrasi pada anak ini tampak dari kebiasaannya yang sering melamun dan tidak fokus saat belajar. Ia tampak kurang tertarik pada pelajaran, dan cenderung mudah teralihkan oleh hal-hal di sekitarnya. Bahkan saat belajar di rumah, anak ini tidak bisa duduk lama dan sering meninggalkan meja belajar dalam hitungan menit.

Kesulitan untuk mempertahankan fokus membuat anak tampak malas belajar. Bukan karena ia tidak mampu, tetapi karena ia cepat merasa bosan dan lelah secara mental. Sering kali, ia menjawab pertanyaan tidak sesuai, meskipun sebenarnya ia memahami materinya. Ini menunjukkan adanya masalah atensi dan proses kognitif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline