Lihat ke Halaman Asli

Samsul Bakri

Masih belajar menulis

Beberapa Dosa Bung Karno dalam Buku Demokrasi Kita

Diperbarui: 1 Desember 2022   05:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini tidak ada maksud untuk menjelekan Bung Karno. Karena saya yakin, apa yang menjadi kritikan Hatta kepada Bung Karno dalam buku Demokrasi Kita hanyalah perbedaan paradigma saja. 

Apa yang hendak diurai oleh Bung Hatta dalam buku tersebut adalah adanya ketidaksinkronan antara idealisme (bukan aliran filsafat) dan realitas demokrasi Indonesia. "Idealisme yang bertujuan menlahirkan sistem pemerintahan yang adil, yang melaksanakan dengan demokrasi dengan sebaik-baiknya, dan  kemakmuran bersama. " Tapi Realitanya, kata Bung Hata "Pemerintah yang dalam perkembangannya kelihatan semakin jauh dari demokrasi yang sebenarnya."

Idealisme dan realita yang digunakan Bung Hata tersebut menjadi metode sistematis yang dipakai untuk memperlihatkan relasi yang saling menegasikan (penolakan dan penyangkalan) antara cita-cita apriori (awal) dan  priori (kenyataan).  

Terkadang membaca buku atau tulisan itu sama dengan membaca alur pikiran yang disusun oleh si penulis. Dan memang  tulisan itu adalah salah satu cara dalam menyampaikan isi pikiran. Kalau dalam bahasa lain, salah satu metode bagaimana gerak akal mengahasilkan pengetahuan yang baru. Dalam buku, alur berpikir itu bisa kita ketahui dari pendahuluan buku dan daftar isi.

Setelah mencermati buku Demokrasi Kita, alur pikiran yang dibangun Hatta adalah pertama-tama memaparkan seperti apa hendaknya demokrasi yang dipakai Indonesia, mengingat banyaknya model negara demokrasi. Dia menguraikan secara jelas, demokrasi yang tepat bagi Indonesia. 

Dengan pendekatan sejarah dan budaya yang berlaku di masyarakat desa. Setelah memberi pikiran demokrasi yang tepat bagi Indonesia, Bung Hatta mencoba menelaah kritis kondisi yang berlaku saat itu. 

Dalam kesimpulanya ia mengatakan bahwa Bung Karno tidak konsekuen pada idealisme demokrasi, dan mengarahkan demokrasi Indonesia pada demokrasi aristokrasi -- bahkan mungkin totalitarianisme.

Kritik Bung Hatta terhadap demokrasi barat

Ada tiga jenis demokrasi yang dibahas oleh Bung Hata, pada hakekatnya, demokrasi monarki, demokrasi aristokrasi dan demokrasi daulat rakyat. Dengan berbagai alasan, ketiga bentuk demokrasi memiliki celah dan kekuarangan. Tapi yang paling menjadi pembeda dalam pikiran demokrasi Hatta adalah kritiknya pada demokrasi daulat rakyat milik J.J. Roseau. 

Demokrasi yang lahir dari Revolusi Perancis didorong oleh semangat kebebasan individu dari ikatan feodalisme. Semangat kebebasan individu ini pada akhirnya menjauhkan antara  realita dengan trilogi dalam semboyan revolusi -- 'Kemederkaan-Persamaan- Persaudaraan'.  Dalam praktinya, hanya kebebasan yang betul-betul konsekuen nyata adanya. Orang-orang lupa pada persamaan dan persaudaraan.

Selagi Revolusi Perancis hendak mengupayakan 'sama rata, sama rasa'---Sebab itu setelah kemerdakan ada persamaan dan persaudaraan. Tapi itu pun, makna kemerdakaan hanya selesai pada kebebasan untuk bebas memilih dalam politik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline