Lihat ke Halaman Asli

Nasib Tragis Gerwani, "Kuntilanak Siang Bolong" Pasca G30S

Diperbarui: 24 September 2020   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CNNIndonesia

Narasi tentang peristiwa G30S berkembang terus dengan sangat rumit. Entah kapan kabut gelap ini akan benar-benar terungkap. Tak heran, tafsir sebagai awal kemunculan rezim Orde Baru (Orba) tersebut begitu beragam. 

PERISTIWA penculikan dan pembunuhan enam jendral dan satu perwira pertama para Kamis Malam, 30 September 1965, menjadi awal kehancuran Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebab, saat itu partai berlambang palu dan arit ini dianggap sebagai satu-satunya pihak yang paling bertanggungjawab. 

Akibatnya, atas perintah langsung dari Panglima Kostrad (Pangkostrad) Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto, PKI harus dihancurkan hingga ke akar-akarnya. Para petinggi partai, kader-kader di daerah, hingga sayap partai atau Under Bow-nya diburu, ditangkap dan dibunuh. 

Dalam catatan sejarah, para petinggi PKI seperti Syam Kamaruzaman, Letkol Untung Syamsury, Brigjeng Soepardjo dan masih banyak lagi mati oleh regu penembak khusus setelah melalui proses peradilan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). 

Sementara sekitar 500.000 jiwa kader lainnnya dieksekusi di tempat tanpa melalui proses peradilan Mahmilub terlebih dahulu. Seperti halnya  nasib Ketua PKI, DN Aidit. 

Nasib Tragis Gerwani
Dari sekian banyak sayap partai PKI yang tidak luput dari perburuan angkatan bersenjata Indonesia adalah Gerwani. Gerwani adalah akronim dari Gerakan Wanita Indonesia, yang aktif pada tahun 1950-an hingga 1960-an. 

Organisasi ini memiliki hubungan sangat kuat dengan PKI, meski sebelumnya merupakan organisasi independen yang bergerak di bidang masalah-masalah sosialisme dan feminisme, termasuk reformasi hukum perkawinan, hak-hak buruh, dan nasionalisme Indonesia. Namun, karena kedekatannya dengan PKI, pasca G30S 1965 organisasi ini dihancurkan. Bahkan oleh rezim Soeharto, Gerwani dianggap sebagai wujud organisasi amoralitas dan gangguan sebelum meletusnya peristiwa malam durjana, 30 September 1965. 

Masih oleh rezim Orba, Gerwani yang juga dijuluki sebagai "Kuntil Anak Siang Bolong" ini dituding sebagai salah aktor penyiksaan terhadap enam jendral dan satu perwiran pertama di Lubang Buaya. Tak heran, jika akhirnya Gerwani menjadi salah satu sasaran buru angkatan bersenjata setelah terjadinya peristiwa G30S. 

Tak jauh beda dengan peristiwa G30S yang masih sangat abu dan diselimuti tabir gelap yang sulit diungkap, hingga memunculkan beragam versi dan teori. Kisah perburuan para kader Gerwani yang tersebar di seantero negeri pun masih simpang siur. 

Kendati begitu, berdasarkan dari cerita atau pengakuan dari beberapa mantan anggota Gerwani yang banyak ditulis oleh beragam media massa tanah air, nasibnya memang sangat tragis. Diantaranya diakui langsung oleh Partini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline