Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Menjadi Guru Ngaji Saat Pandemi?

Diperbarui: 25 November 2020   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah menjadi guru ngaji sebelem pandemi/samhudibae

Saya masih teringat ketika dulu masih ngaji pada seorang Kyai didesa yang setiap habis ngaji selalu ngobrol bareng dengan membahas apa saja sambil ngopi.

Setiap hari ba'da isa s/d isa selesai jam 08.00 pasti ngobrol alus. Maklum guru dan muridnya kala itu masih sama-sama bujangan, habis ngaji kalo ngak ngopi kurang srek rasanya. Justeu ngelu gak bisa tidur dipondok jika belom ngopi bersama guru ngaji dan 7 teman lainnya.

Guru saya KH Khasan Bisri Umar (Brebes) pernah cerita tatkala masih mondok dipesantren ia berkisah awal mula sebelum mendirikan pondok tempat ngaji saya kala itu, pernah disuruh angon sapi milik Kyai yang mengasuh ponpes Kempek Ciwaringin Cirebon Jawa Barat.

Dulu Kyai saya awal mula sebelum pindah-pindah mondok karena lulus ia pertama kali di Cirebon tempat mondoknya. Ngaji dengan sistim kempek yang baca Alfatekhah saja sampai sebulan lamanya sebab memang ngaji kempek beda dengan ngaji yang biasa umumnya.

Beliau pernah berpesan yang masih membekas dan terngiang-ngiang dikupingku sampai sekarang adalah kalimat yang satu kata mengandung banyak makna yakni Guru: gugu tiru.

"Angger koen kabeh pengen olih ridhone guru pengen olih barokahe guru pengen olih ilmu sing manfaat sing guru, ya kudu nurut karo guru selagi guru kue mau nurut mbi perintahe Allah lan Rosule. Kue maknane Guru kudu digugu lan ditiru.." ujar Kyai Khasan Bisri sambil menyeruput kopi hitam merk kapal api.

Sepenggal kalimat tersebut menjadi pedoman saya sampai sekarang. Bahwa sudah merasakan manfaatnya ketika semua ucapan guru ngaji tersebut saya amalkan ketika merantau dimanapun.

Adalah guru yang merupakan sosok untuk selalu memberikan motivasi, memberi wejangan, memberi arahan serta memberi solusi kapan dimanapun sang murid mengalami masalah.

Guru juga merupakan salah satu orang tua nomor dua setelah orang tua kandung kita yang sama terhadap tanggung jawabnya pada murid.

Guru yang bukan hanya sebagai orang tua asuh yang dengan penuh kasih sayang penuh anggung jawab namun yang diberikan amanah olehNya untuk mendidiknya dengan baik dan benar.

Profesi guru ngaji bagi saya bukanlah suatu momok yang menakutkan mereka adalah mulia, disamping itu juga amanah yang harus dilaksanakan sebab semua merupakan panggilan hati bukan hanya panggilan ijazah belaka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline