Menjadi guru ngaji akan membawa kearah mana paradigma bangsa ini menjadi tersandarkan juga dapat membawa masa depan orang mulia karena hidayah.
Sebagai mana ditempat saya yang dulu saya juga pernah menjadi guru ngaji namun belum Pandemi tepatnya dua tahun yang lalu. Disebuah TPA, namun semenjak ada covid-19 TPA ditutup.
Bagaimana Menjadi Guru Ngaji Saat Pandemi? Kata saya menanyakan sikon TPA yang sepi dari anak-anak pada temen yang bernama Ustadz Salman.
"..Alhamdulillah masih bisa makan, walopun sekarang harus nyampein dari rumah ke rumah untuk mengajar mereka agar tidak ketinggalan pelajaran.." ujar ustadz salman.
Lalu buat makan sehari-hari bagaimana ustadz, kata saya.
"..Alhamdulillah ada saja kang walopun tidak seperti dulu banyak yang ngasih kalo sekarang dikasih saya terima tidak dikasih saya tidak minta.." timpalnya.
Seperti itulah. Akselerasi digital sekarang ini memang merubahnya sehingga profesi menjadi guru ngaji kian menyusut total merubahnya, tapi bagi saya baik guru umum atau guru ngaji tetaplah obor ditengah-tengah kegelapan malam.
Guru adalah Penerang bagi hati yang gelap dan cahaya bagi otak yang bebal, sebebal jomblowan jomblowati yang tak kunjung menemukan pasangan hidupnya.
Dengan ilmu dari seorang guru ngaji maka dapat mengenalkan kepada siapa yang mencipta semua makhluk yang ada dibumi ini. Dengan adab yang diberi oleh guru ngaji pula yang akan mengantarkannya menjadi manusia yang dapat memanusiakan manusia.
Semua orang menginginkan selamat dunia akherat. Namun terkadang banyak yang menyepelkan agama sebab tidak mau belajar agama hanya karena gengsi pada seorang guru ngaji.
Hidayah itu datang dari siapa saja termasuk guru ngaji yang dapat membawanya kearah lebih baik dan mempunyai ilmu yang bermanfaat.