Lihat ke Halaman Asli

Sule Maarif

Bobotoh penggemar Man United

Golkar Bisa Kalahkan Gerindra

Diperbarui: 7 April 2019   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mataramnews.co.id

Ada yang berani bertaruh Golkar bakal menjadi pemenang kedua di Pileg?

Dengan Pileg yang serentak bersama Pilpres seperti sekarang peluang terbesar memang ada di PDIP dan Gerindra. Partai lain hampir tidak bisa mendapatkan coattail efect. Jadi peluangnya memang berat. Termasuk Golkar yang notabene adalah partai besar. Pasca reformasi Golkar selalu masuk dua besar. Bahkan pada tahun 2004 tampil sebagai pemenang.

Partai Golkar bersama PDIP adalah partai yang memiliki basis tradisional paling kuat. Punya daya tahan yang sudah teruji. Namun pada gelaran kali ini, tantangannya akan lebih sulit.

Golkar yang ada di barisan koalisi pendukung Jokowi-Maruf merupakan koalisi yang gemuk. Tentunya persaingan antar teman koalisi pun lebih sengit. Jokowi identik dengan PDIP, ingat Jokowi ingat PDIP.

Selain itu tantangan yang berbeda adalah pemilih milennial, diperkirakan ada sekitar 23 persen atau 42 juta pemilih yang diperebutkan. Justru inilah kelemahan Partai Golkar. Golkar tidak populer di kalangan pemilih muda. Golkar masih dianggap partainya orang tua.

Milennial punya karakter yang berbeda. Yaitu tidak konsisten, sehingga mereka tidak mudah ditebak. Milennial lebih dominan berinteraksi di media sosial. Tidak mudah untuk menaklukkan mereka.

Tantangan ini sebenarnya dihadapi oleh semua partai. Dan semuanya pun berusaha untuk mempengaruhi dan merebut suara milennial. Dengan menawarkan caleg berusia muda, berkampanye tidak hanya door to door, tapi juga melalui media sosial dan elektronik. Tercatat Partai Golkar mengusung 133 caleg milennial dari 573 caleg DPR se-Indonesia di Pileg 2019.

Golkar sangat mendandalkan basis tradisional yang berada di daerah. Diantaranya adalah di Sumatera khususnya Riau, Sumbar, Sumsel dan Lampung. Berikutnya Banten dan Jawa Barat. Di Indonesia Timur ada NTT. Dan yang terkuat adalah di Sulawesi. Di daerah-daerah tersebut konstituen Partai Golkar cukup setia.

Meski berganti nakhoda partai, daya tahannya sudah terbukti. Memang Golkar diterpa banyak masalah internal. Dualisme partai sudah berhasil diselesaikan. Tetapi imej Golkar pun tidak bagus-bagus amat. Banyak kader Golkar yang terjerat kasus korupsi. Bahkan mantan ketua dan sekjennya, Setya Novanto dan Idrus Marham sudah dibekuk KPK. Hal ini juga yang bikin pemilih muda tidak respek.

Golkar kekurangan figur yang menasional dan kuat. Sosok Ketum Airlangga Hartarto belum selevel Jusuf Kalla. Semoga keberadaan JK bisa memenangkan Golkar terutama di Sulawesi. Kader-kader di daerah harus berjuang lebih keras lagi untuk memenangkan partai. Mereka lah kekuatan utama sesungguhnya.

Tetapi di pengujung tahun 2018, Golkar kedatangan figur baru. Bukan sembarang figur. Sosok yang bisa menjadi kartu as pembawa keberuntungan bagi Golkar sebagai partai besar. Dialah mantan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang. TGB inilah sosok pembeda di Golkar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline