MENYALAKAN API PERSATUAN BANGSA DALAM CAHAYA KESAKTIAN PANCASILA
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Input gambar: diskominfotik.lampungprov.go.id
Dalam konteks kekinian, Hari Kesaktian Pancasila menjadi pengingat bersama bahwa nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan perlu dihidupi, terutama ketika bangsa menghadapi tantangan disintegrasi, polarisasi sosial, dan menguatnya intoleransi. Melalui peringatan ini, kita diajak untuk tidak melupakan sejarah sekaligus meneguhkan kembali tekad dalam menjaga persatuan bangsa.
Dalam terang itulah, perlu dimaknai bahwa Pancasila bukan sekadar teks dalam Pembukaan UUD 1945 atau semboyan yang dihafalkan dalam upacara, melainkan fondasi yang menyatukan berbagai perbedaan suku, agama, budaya, dan bahasa dalam satu bingkai kebangsaan. Api persatuan bangsa yang diwariskan oleh para pendiri republik harus terus dijaga agar tidak meredup diterpa arus zaman. .
Input gambar: lintastungkal.com
Menyadari bahwa api persatuan bangsa di era kekinian menghadapi tantangan yang berbeda dengan masa lalu. Jika dahulu bangsa diuji oleh ancaman fisik berupa penjajahan atau pemberontakan, kini persatuan lebih sering diuji oleh polarisasi politik, derasnya arus hoaks, dan maraknya ujaran kebencian yang menyebar cepat melalui media digital. Ruang publik yang seharusnya menjadi wadah pertukaran gagasan justru sering dipenuhi pertentangan yang memecah belah.
Dalam konteks inilah, peran generasi muda sangat penting untuk merawat persatuan melalui semangat gotong royong dan toleransi, baik dalam lingkungan nyata maupun dunia maya. Mereka adalah generasi yang akrab dengan teknologi sekaligus memiliki energi besar untuk menjadi agen persatuan bangsa. Menyalakan kembali semangat kebangsaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai Pancasila, penguatan budaya yang menjunjung tinggi kearifan lokal, hingga pemanfaatan media sosial sebagai ruang kreatif untuk menyebarkan pesan positif dan inspiratif.
Menjaga cahaya Kesaktian Pancasila bukanlah sekadar rutinitas peringatan setiap 1 Oktober, melainkan sebuah praktik nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesaktian Pancasila akan terasa hidup apabila diterjemahkan dalam tindakan sehari-hari yang menyalakan api persatuan bangsa, baik oleh negara, masyarakat, maupun setiap individu. Negara dituntut menghadirkan kebijakan yang adil dan berpihak pada kesejahteraan rakyat, masyarakat perlu membangun ruang sosial yang inklusif dan penuh toleransi, sementara individu bertanggung jawab menghidupi nilai-nilai Pancasila dalam sikap dan perilaku.
Input gambar: kompasiana.com
Sebagaimana Tema Hari Kesaktian Pancasila 2025: Pancasila Perekat Bangsa Menuju Indonesia Raya. Tema ini dipilih untuk menegaskan cita-cita bersama dalam merayakan Hari Kesaktian Pancasila, yakni menjaga persatuan bangsa dengan menjadikan Pancasila sebagai fondasi yang kokoh. Momentum ini sekaligus mengingatkan kita bahwa api persatuan bangsa hanya akan tetap menyala bila kita sungguh-sungguh menghidupi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dalam ruang publik.