Lihat ke Halaman Asli

Salman Abdul Rasyid

Mahasiswa Hubungan Internasional

G20 dan Ajakan Boikot terhadap Rusia

Diperbarui: 26 Oktober 2022   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah 7 bulan lebih semenjak invasi yang dimulai pada februari lalu yang dilakukan oleh Rusia kepada Ukraina berlangsung. Hingga saat ini masih belum terlihat tanda-tanda peperangan akan berakhir. 

Alih-alih berakhir, peperangan ini malah makin panas dan memperparah krisis global pasca-pandemi karena dukungan oleh masing-masing negara sekutu yang juga memberikan bantuan militer yang membuat peperangan tidak kunjung berakhir. Seolah-olah peperangan ini menjadi sekuel dari perang dingin yang dahulu terjadi antara poros US dan Uni-Soviet.

Indonesia, Tentu sebagai negara pelopor gerakan non-blok dahulu sekaligus sebagai tuan rumah dari acara G20 yang akan dilaksanakan pada november tahun ini berpegang teguh dengan prinsipnya untuk tidak ikut campur dalam permasalahan 2 poros ini. 

Tetapi, ternyata ada aktor yang ingin mendikte prinsip politik luar negeri indonesia dan negara-negara G20 yang menolak ikut campur dalam masalah ini. Siapa lagi kalau bukan amerika serikat dan sekutunya (EU dan NATO).

Biden sempat mengatakan bahwa ia tidak akan mengikuti G20 yang diselenggarakan di bali jika Rusia di ikut sertakan dan apabila Ukraina tidak dihadirkan. Tentu ini menjadi retorik yang sangat keanak-anakan dan egois yang dilakukan oleh negara-negara barat kepada indonesia. Konyolnya lagi, Ukraina bukanlah bagian dari G20. 

Dengan tekanan yang sedemikian rupa, akhirnya presiden Joko Widodo mengundang presiden Ukraina untuk datang dalam acara G20. Meskipun demikian, ternyata amerika serikat sempat merasa masih tidak puas dan tetap menginginkan ketidakhadiran Rusia nanti. Walaupun akhirnya Biden mau untuk datang ke G20 yang akan dilaksanakan di bali nanti.

Tentunya bukan hanya negara indonesia saja yang tidak mau terbawa oleh narasi-narasi peperangan yang diciptakan oleh barat ini. Banyak pula negara-negara anggota dari G20 yang menolak untuk memberikan sanksi kepada Rusia. 

Sebagian dari negara-negara tersebut yang menolak memberikan sanksi adalah negara India, Cina, Arab Saudi, Brazil dan juga Indonesia. Tentu sebuah keputusan yang sangat bijak yang diambil oleh negara-negara ini untuk tidak ikut campur untuk melakukan sanksi ekonomi kepada Rusia. terlebih dalam kondisi krisis pasca pandemi yang masih menjadi isu yang urgent. 

Juga, peperangan ini tidak ada sangkut pautnya dengan kawasan lainnya selain kawasan eropa. Tentunya yang dilakukan oleh us dan sekutunya adalah hal yang egois dan seolah-olah mendikte moral negara yang memilih untuk tidak ikut campur dalam masalah ini dengan menekan negara-negara lain untuk ikut memboikot Rusia tanpa melihat kondisi dan kebutuhan dari negara-negara tersebut.

Contoh dari negara-negara anggota G20 yang menolak memberi sanksi dan tetap berhubungan dengan Rusia adalah india dan cina. India dan cina meningkatkan impor minyak dari Rusia yang telah diberikan potongan harga. 

Tercatat india meningkatkan impor minyak dari Rusia hingga 100.000 barel per hari pada bulan september yang pada kuartal pertama 2022 hanya sebesar 60.000 barrel dan cina hingga berkali lipat dibandingkan tahun 2021 lalu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline