Lihat ke Halaman Asli

Salwa Nadhira Burhani

Mahasiswa Psikologi Universitas Al-Azhar Indonesia

Kenapa Kita Selalu Salah Paham? Memahami Pola Komunikasi Pasangan Avoidant dan Anxious di Era Society 5.0

Diperbarui: 19 Mei 2025   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Pernah merasa sudah jujur soal perasaan kamu, tapi pasangan malah menjauh?sering merasa cemas saat pasangan belum balas chat? atau kamu justru merasa terkekang karena pasangan terus-menerus menuntut penjelasan? sering mengabaikan chat pasangan? dan jika iya, mungkin masalahnya bukan pada cinta yang kurang, melainkan pada perbedaan gaya keterikatan emosional yang tanpa sadar mempengaruhi cara kalian berkomunikasi.

Psikologi menyebut ini sebagai attachment style, teori ini pertama kali diperkenalkan oleh John Bowlby seorang psikiater Inggris, yang mengamati bagaimana ikatan awal antara bayi dan pengasuhnya mempengaruhi pola ikatan emosional yang terbentuk sejak kecil dan terbawa hingga dewasa, termasuk dalam hubungan romantis. Dua gaya yang sering berpasangan tapi menimbulkan banyak konflik adalah anxious dan avoidant.

 

Psikologi Dibalik Komunikasi Anxious dan Avoidant

Dalam teori attachment (Bowlby, 1969; Ainsworth, 1978), gaya keterikatan anxious muncul dari pengalaman pengasuhan yang tidak konsisten dimana kehangatan dan perhatian kadang hadir, kadang tidak. Ini membuat seseorang selalu waspada terhadap kemungkinan ditolak atau ditinggalkan. Sebaliknya, gaya avoidant berkembang dari lingkungan yang cenderung mendorong kemandirian ekstrem atau meminimalkan emosi. Individu avoidant belajar bahwa mengekspresikan kebutuhan emosional justru membuat mereka terlihat lemah atau tidak diterima.

Menghadapi Avoidant dan Anxious Attachment di Era Society 5.0

Dalam Society 5.0, komunikasi sering berlangsung lewat pesan singkat, media sosial, atau video call via whatsapp, instagram dan lainnya yang memperbesar potensi salah tafsir, terutama bagi mereka dengan anxious atau avoidant attachment. 

Avoidant attachment adalah gaya keterikatan yang ditandai dengan kecenderungan menghindari kedekatan emosional. Individu dengan gaya ini merasa nyaman menjaga jarak dan sangat menghargai kemandirian. Mereka cenderung menarik diri saat hubungan mulai menuntut keterikatan emosional yang intens, dan sulit mengekspresikan perasaan secara terbuka. Dalam era digital mereka merasa nyaman dengan jarak yang diciptakan oleh komunikasi digital dengan memilih untuk tidak langsung membalas pesan atau menjaga percakapan tetap singkat, sebagai bentuk menjaga kemandirian dan menghindari kedekatan emosional yang intens. 

Anxious attachment adalah gaya keterikatan yang ditandai dengan rasa cemas dan ketidakamanan dalam hubungan. Individu ini sangat bergantung pada pasangan untuk mendapatkan rasa aman dan validasi, sehingga sering merasa khawatir dan mencari perhatian berlebihan. Mereka sensitif terhadap perubahan kecil dalam perilaku pasangan dan cenderung takut ditinggalkan. Dalam era digital misalnya ketika pesan tidak segera dibalas, sehingga makin sering memeriksa status online atau aktivitas pasangan di media sosial.

Ketika keduanya menjalin hubungan, masing-masing membawa ‘ketakutan’ yang berbeda: anxious takut kehilangan, avoidant takut terjebak. Maka wajar jika komunikasi jadi penuh salah tafsir. Anxious menganggap diamnya avoidant sebagai penolakan, sedangkan avoidant menganggap tuntutan anxious sebagai tekanan.

Mengapa Salah Paham Terus Terjadi dan Apa Dampaknya? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline