Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Muhammad SAW, Pengasuhan Berjamaah, dan Gembala Kambing

Diperbarui: 25 Juni 2021   01:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhammad SAW, Pengasuhan Berjamaah, dan Gembala Kambing (unsplash/abdullah-oguk)

Aminah binti Wahbin bin Abdu-Manaf bin Zuhrah melahirkan putranya, dari mendiang suaminya Abdullah bin Abdul Muthallib, pada waktu subuh di hari Senin tanggal 9 Rabi'ul Awwal Tahun Fil ke-1 atau ( saat itu ) bertepatan dengan 20 April 571 M. 

Sebagian hadist meriwayatkan bahwa persalinan Aminah dilakukan di rumah keluarganya di kampung Bani Hasyim dan sebagian lain menyebutkan di kediaman Abu Thalib, namun semua sepakat bahwa itu berlangsung di kota Mekah al Mukarramah (1).

Abdul Muthallib yang tengah melakukan thawaf  mengelilingi Kabah didatangi utusan yang menabarkan bahwa Aminah telah melahirkan seorang anak laki-laki, maka dia pun bergegas mengunjungi menantunya itu dengan sukacita. 

Sebuah riwayat mengisahkan bahwa Abdul Muthallib menggendong dan membawa cucunya yang baru lahir itu masuk ke dalam Kabah dimana dia berdoa memanjatkan rasa syukurnya kepada Rabb lalu mengembalikan bayi itu pada ibunya.

Baca juga : Sebuah Kisah Ketaatan Istri di Masa Nabi Muhammad SAW

Pada usia 7 hari, Abdul Muthallib mengkhitan cucunya dan memberinya nama Muhammad (yang terpuji). Pada masa itu, nama tersebut bukanlah nama yang lazim digunakan oleh kalangan bangsa Arab sehingga saat kakeknya mengadakan perjamuan besar-besaran untuk merayakan momen istimewa itu, banyak tamu dari kalangan bangsawan yang bertanya-tanya.

Abdul Muthallib menjawab,"(Dengan pemberian nama itu) aku berharap mudah-mudahan dia (anak yang baru lahir itu) menjadi orang yang terpuji di langit pada sisi Allah dan terpuji di bumi pada sisi makhlukNya."

Pembangunan karakter kerasulan Muhammad SAW telah dimulai sejak dini (doc. IslamiCity/ed.Wahyuni)

Muhammad Kecil dan Pengasuhan Berjamaah

Aminah menyusui putranya selama tiga hari lalu menyerahkannya sementara pada Tsuwaibah, seorang budak yang telah dimerdekakan oleh Abu Lahab, dan setelah beberapa hari bayi itu diserahkan dalam pengasuhan ibu susuannya, Halimah binti Abu Zuaib, perempuan asal dusun Banu Sa'ad  yang bersuamikan Abu Kabsyah.

Tradisi memberikan bayi untuk disusui perempuan yang berasal dari luar Mekah dilandasi pemikiran bahwa seorang anak akan bertumbuh-kembang lebih baik di tempat yang udaranya bersih dan lingkungan sosial yang lebih bebas merdeka. 

Jasmaninya akan tumbuh sehat dan segar, sementara kecerdasan berpikirnya akan berkembang lebih optimal karena ditunjang semangat hidup murni yang merdeka jauh dari infiltrasi budaya asing yang marak mewarnai kehidupan kota besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline